Kecemasan

Kecemasan atau anxiety merupakan salah satu kondisi mental yang umum dialami manusia. Gejalanya ditandai dengan rasa gelisah, kekhawatiran berlebihan terhadap hal-hal yang belum terjadi, serta ketidaknyamanan yang muncul meskipun tanpa sebab yang jelas. Dalam psikologi, kecemasan dipahami sebagai respons alami terhadap stres. Namun, ketika berlebihan, kecemasan dapat mengganggu kesehatan mental. Faktor biologis, lingkungan, dan pola pikir individu berperan dalam munculnya kecemasan.

Dari perspektif psikologi, Sigmund Freud yaitu dokter saraf dan psikoanalis asal Austria (1856–1939) yang dikenal sebagai “Bapak Psikoanalisis” menyebut kecemasan sebagai sinyal adanya konflik batin. Sementara itu, teori kognitif menjelaskan kecemasan sebagai hasil dari pola pikir negatif dan berlebihan terhadap masa depan. Gejalanya bisa berupa detak jantung cepat, sulit tidur, rasa tidak tenang, hingga gangguan konsentrasi. Jika tidak dikelola, kecemasan dapat berkembang menjadi gangguan panik, fobia, maupun depresi.

Dalam QS. Al-A’raf: 42 Allah berfirman:

“Orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, Kami tidak akan membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya. Mereka itulah penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.”

Ayat ini menegaskan bahwa Allah hanya memberi beban sesuai kemampuan manusia. Kecemasan sering kali muncul karena kita merasa memikul beban yang terlalu berat, padahal Allah telah mengukur segala sesuatu sesuai kadar kemampuan hamba-Nya. Keimanan menjadi sumber kekuatan batin dalam menghadapi ujian, bahkan menjadikan ujian itu sahabat bagi orang beriman.

Hal serupa ditegaskan dalam QS. Al-Baqarah: 155:

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”

Kecemasan pada dasarnya adalah bagian dari ujian hidup: rasa takut, kehilangan, dan kekurangan. Solusinya adalah kesabaran. Kesabaran di sini bukan berarti pasif atau menyerah, melainkan diiringi usaha yang gigih untuk menjaga tetap tenang, yakin pada pertolongan Allah, serta tetap berbuat kebaikan di tengah ujian.

Tidak hanya dalam Al-Qur’an, dalam Alkitab juga membicarakan soal kecemasan. Dalam Matius 6:25–32, Yesus mengajarkan agar manusia tidak terlalu khawatir mengenai makanan, minuman, atau pakaian, sebab hidup lebih berharga dari itu semua. Tuhan memberi makan burung-burung dan mendandani bunga di ladang; tentu Ia akan lebih memperhatikan manusia. Pesan utamanya jelas: kekhawatiran tidak menambah hidup, justru melemahkan iman.

Selain itu, QS. Al-Insyirah: 5–6 juga memberikan penguatan:

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”

Ayat ini menegaskan bahwa setiap kesulitan selalu diiringi dengan kemudahan, manusia dapat belajar menghadapi kecemasan dengan jiwa yang lebih gigih, tenang, dan penuh keyakinan. Pada akhirnya, kecemasan bukan hanya tantangan psikologis, tetapi juga ruang bagi manusia untuk menguatkan iman dan menemukan kedamaian batin.

 

 

Penulis: Pamungkas