Tak Kenal UtusanNya Maka Tak Cinta KepadaNya
(Bagian 1)
Kehadiran seorang Rasul Allah selalu diyakini sebagai rahmat yang luar biasa dari Sang Pengatur hidup manusia. Kedatangannya sebagai Juru Selamat umat manusia, yakni mengembalikan manusia pada fitrahnya sebagai hamba Allah, Sang Pemilik Alam Semesta.
Rasul Allah bertugas mengembalikan manusia kepada hidupnya yang fitrah. Rasul yang menjadi “mulut” Allah di muka bumi.
Dialah yang menjadi mediator Allah untuk menyampaikan apa yang menjadi kehendak dan rencanaNya bagi umat manusia pada zamannya dan masa yang akan datang. Untuk itu, dia harus memperkenalkan kepada manusia, siapa sesungguhnya Allah, Sang Pemilik Alam Semesta.
Pertanyaanya, bagaimana manusia dapat mengenal Allah Yang ghaib? Bukanlah hal yang sulit bagi Allah untuk memperkenalkan diriNya kepada manusia selama manusia tersebut ingin berusaha memfungsikan secara maksimal tiga sarana yakni pendengaran, penglihatan, dan akal pikiran.
Secara tegas, Allah mengingatkan manusia;
Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi. Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai qalbu, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Al-A’raf : 178-179)
Tentu saja, sebagai manusia berakal kita tidak ingin menjadi orang-orang yang merugi, orang-orang yang tidak mensyukuri tiga sarana dasar yang telah Allah anugrahkan sebagai syarat untuk mendapat petunjuk dariNya.
Orang-orang yang merugi akan selamanya hidup di alam jahannam, yakni kehidupan yang penuh dengan syahwat kebinatangan atau seperti kehidupan rimba belantara.
Sebagai Sang Maha Pencipta
Eksistensi Allah tidak mempunyai wujud, karena Dia pencipta bukan dicipta. Untuk mengenal Allah Yang Maha ghaib, kita harus dapat memaksimalkan pendengaran, pengelihatan, dan akal pikiran.
Analoginya untuk mengenal seorang tokoh, tidak selalu harus bertemu langsung dengan sang tokoh. Tetapi cukup dengan mempelajari apa yang menjadi karya dan pemikiran dari sang tokoh tersebut.
Kita bisa mengenal dengan benar siapa itu bung Karno meski dia sudah tiada. Kita bisa mengenal siapa sesungguhnya Nabi Muhammad meski kita hidup jauh setelah beliau wafat.
Demikian halnya, kita pun dapat mengenal Allah Sang Pencipta alam semesta termasuk Pencipta diri kita, melalui karya ciptaanNya dan ismeNya. Jika kita belum bisa mengenal Allah dengan benar, tidak mungkin kita bisa mengabdi kepadaNya dengan benar pula.
“Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta, tak cinta maka tak percaya, tak percaya maka tak sanggup untuk berkorban”. Pepatah usang ini berlaku atas hubungan kita sebagai hamba dengan Dia sebagai Allah. Seseorang tidak akan bisa mencintai Allah dengan sepenuh akal budinya manakala belum mengenalNya dengan benar.
Parafrase: Jay
Editor: Harun Ester