Ramadhan sebagai Nuzulul Quran dan Lailatul Qadar Bagian 1

 Ramadhan sebagai
Nuzulul Quran dan Lailatul Qadar

 

Sahabat,

Mari kita kembali bergemul dengan
ajaran Raja Alam Semesta, sebelumnya kita telah membahas apa itu puasa, semoga
kita bukanlah termasuk orang yang puasa hanya mendapatkan lapar dan haus, seperti
yang diperawikan Ath Thabarani. Kita sebagai makhluk yg diberikan kesempurnaan
akal pikiran maka semua harus ditimbang ilmu jika tidak, maka kita harus siap
mempertanggungjawabkannya kelak.

 

Ramadhan sebagai Nuzulul Quran dan Lailatul Qadar Bagian 1

Sebelumnya mari kita memahami
dahulu apa yang dimaksud ramadan, kata Ramadan berasal dari akar kata bahasa
Arab ramiḍa atau ar-ramaḍ, yang berarti panas yang menghanguskan atau
kekeringan, (Muslim, 2391). Dahulu dizaman Rasulullah Muhammad kewajiban
berpuasa pada bulan Ramadan turun pada bulan Sya’ban tahun kedua setelah
hijrahnya umat Muslim dari Makkah ke Madinah. Bulan Ramadan diawali dengan
penentuan bulan sabit sebagai pertanda bulan baru, yang dikenal sekarang
penanggalan qomariyyah.

 Baca Juga : Sejak Kapan Anda Beriman ?


Jadi secara etimologi, Puasa dan
Ramadhan ada hubungan dalam penerapannya secara langsung, sebab Ramadan berarti
panas menghanguskan, sedangkan orang yang berpuasa merasakan panas dalam tubuh,
disebabkan tak adanya kalori yang masuk dalam tubuh sehingga tubuh otomatis
mencari cadangan makanan lain untuk memenuhi pembakaran untuk hasilkan energi.

 

Ada korelasi secara fakta
turunnya wahyu Allah, Raja Alam Semesta kepada Rasullullah Muhammad juga saat
mekkah mendapat matahari sangat terik, panas. Menurut para ulama agama, spesial
bulan ini karena ada 2 kejadian yang besar yang mesti kita pahami dengan baik.
Pertama saat permulaan pewahyuan kepada RasulNya yang sering disebut sekarang
Nuzulul Qur’an dan kedua Lailatul Qadar.

 

Ramadan adalah waktunya Tuan
Semesta Alam merubah sifat dan karakter manusia, yang melampaui batas fitrahnya,
menjadi lebih baik dan benar atas ajaranNya. Sehingga ramadan akan berfungsi
menghanguskan sifat dan karakter kita yang lalu, bagaikan besi yang dipanaskan
akan melunak dan lebur sehingga mampu dibentuk sesuai kehendak dan rencana Sang
Penempa, sehingga hidup manusia itu akan melebur menyatu dengan kehendak dan
rencanaNya. Jadi celaka dan sia sialah kamu yang berpuasa dalam ramadan tapi
tidak mengenal sifat dan karakter Tuan Semesta Alam apalagi sifat dan
karaktermu tidak berubah menuju kepada baik dan benar dari tahun ketahun.

 Baca Juga : Apakah Musyrik Itu?


Ramadan adalah periode wahyu itu
diturunkan dibawa malaikat jibril datang kepada Ahmad bin Abdullah bukan
berarti beliau tak mampu membaca/buta huruf, sebab tak mungkin Sang Raja Alam
Semesta, Rajanya Ilmu sejagat raya mengutus jibril menggunakan bahasa selain
yang dipahami RasulNya dan juga Beliau adalah orang cerdas, tekun, teliti,
pedagang ulung, anggota darun nadwa dan terpandang sampai disebut Al Alim,
sebelum diutus menjadi Rasul Allah. Jadi yang tidak bisa dibaca adalah kondisi
Mekkah saat itu, berada posisi gelap atau terang, sehingga melalui jibril-lah
Rasullullah mengetahui dengan membaca kondisi manusia berada dalam masa gelap
tanpa cahaya sehingga tak mampu membedakan yang benar dan salah, secara
langsung wahyu itu bukanlah dalam bentuk bahasa maupun tulisan arab. Maka
kondisi itu harus dibaca dengan isme robbik/ajaran Allah, Sang Tuan Semesta
Alam, bukan memakai ajaran manusia.

 

Perhatikan surah Al-Baqarah ayat
185 :

 

شَهْرُ رَمَضَا نَ الَّذِيْۤ اُنْزِلَ
فِيْهِ الْقُرْاٰ نُ هُدًى لِّلنَّا سِ وَ بَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَا لْفُرْقَا
نِ ۚ

syahru romadhoonallaziii ungzila
fiihil-qur`aanu hudal lin-naasi wa bayyinaatim minal-hudaa wal-furqoon, …

 

“Bulan Ramadan adalah
(bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar
dan yang batil). …

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 185)

 

Ada 3 Dimensi Al Qur’an saat
diturunkan dibulan Ramadan, pertama menjadi petunjuk manusia, kedua sebagai
Penjelas dari petunjuk itu dan ketiga pembeda benar dan salah.

Maka tidak mungkinlah seorang
Rasululullah Muhammad yang dipilihNya tidak mampu memahami 3 dimensi ini,
berarti seorang Rasul yang diutus itu harus mampu membacakan petunjuk itu dengan
jelas dan gamblang, dengan membuktikan petunjuk itu secara ilmu dan
memperlihatkan fakta sejarah RasulNya yang lampau. Al Quran sendiri terdiri
dari ayat tekstual/kauliyah dan ayat alam/kauniyah atau bukti dari disebutkan
pada ayat kauliyah ada barangnya. Tak bisa dipungkiri 80% isi Al Quran adalah
sejarah sebelum Beliau yang mengandung makna petunjuk dan hikmah agar manusia
bisa kembali fitrah, tapi hanya orang terpilih saja yang mampu memahaminya.

 Baca Juga : Apakah Shirathal Mustaqim Itu ?


Maka istilah AL-FANN AL-QASHASHI
FI AL-QURAN AL-KARIM berarti Al-Quran bukan Kitab Sejarah. Unsur sejarah
didalamnya tidak penting. Yang penting adalah hikmah pelajarannya. Demikian
Muhammad A. Khalafulah seorang muslim sarjana sastra Arab, dalam disertasinya
dihadapan civitas academica Univ. Al Azhar Kairo, 1999.

Butuh pengkajian ulang, tidak
mungkin dalam firman dalam Al Qur’an tidak mengandung unsur pesan lalu hal itu
tidak pernah terjadi, semua konten yang disebutkan dalam sejarah kitab suci ada
makna pelajarannya baik terang-terangan maupun yang tersembunyi tapi bukan
berarti yang dituliskan itu tidak pernah terjadi sebagai sejarah sehingga
dianggap tidak penting.

 

Dalam bukunya dijelaskan
kebanyakan mufassir dalam menafsir sejarah lampau tak mendapat makna
sesungguhnya sehingga mengarah kepada dongeng yang tak masuk akal sehat seperti
perbedaan pendapat tentang nabi adam menjadi polemik pertikaian panjang antar
umat beragama.

 

Mari kita lihat tugas seorang
Rasul ketika diutus dalam Al Qur’an Surah At Taubah ayat 33 :

 

هُوَ الَّذِيْۤ اَرْسَلَ رَسُوْلَهٗ
بِا لْهُدٰى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهٗ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهٖ ۙ وَلَوْ كَرِهَ
الْمُشْرِكُوْنَ

huwallaziii arsala rosuulahuu
bil-hudaa wa diinil-haqqi liyuzh-hirohuu ‘alad-diini kullihii walau
karihal-musyrikuun

 

“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya
dengan petunjuk dan sistem aturan yang benar untuk dimenangkan atas segala
aturan, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.”

 

Kita sudah pahami bahwa kata din
dalam bahasa arab itu bukan agama, melainkan sistem aturan hidup yang universal
dapat diterima semua manusia, jika belum paham carilah postingan teodisi yang
lalu.

 

Rasulullah Muhammad adalah contoh
manusia yang telah melebur kehidupannya sesuai kehendak dan rencanaNya, Beliau
awalnya diajarkan ilmu untuk memahami petunjuk, belajar dari kisah utusan
sebelum beliau dan bertanya kepada orang yang membacakan kitab sebelumnya
sehingga dengan petunjuk itu disampaikan dengan dibacakan kepada semua manusia,
walaupun banyak yang menolak, mencerca dan menghina.

 

Rasulullah Muhammad berjuang bersama
orang yang mengimaninya berdasarkan petunjuk itu untuk memenangkan aturan
sistem Allah dimuka bumi, dimulai dari Mekkah, lalu meluas ketanah arab, lalu
dilanjutkan para Khalifah dan orang beriman ekspansi timur tengah, afrika
bahkan eropa. Fakta sejarah itu membuktikan Rasullullah dan orang beriman akan
menemui musuh pada proses penegakan sistem.

 

Perhatikan Surah  Al Jumu’ah ayat 2 :

 

هُوَ الَّذِيْ بَعَثَ فِى الْاُ مِّيّٖنَ
رَسُوْلًا مِّنْهُمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِهٖ وَيُزَكِّيْهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ
الْكِتٰبَ وَا لْحِكْمَةَ وَاِ نْ كَا نُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ ۙ

huwallazii ba’asa fil-ummiyyiina
rosuulam min-hum yatluu ‘alaihim aayaatihii wa yuzakkiihim wa
yu’allimuhumul-kitaaba wal-hikmata wa ing kaanuu ming qoblu lafii dholaalim
mubiin

 

“Dialah yang mengutus
seorang Rasul kepada kaum Arab dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan
kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam
kesesatan yang nyata,”

Tak ada Rasul yang utus olehNya
tanpa menggunakan bahasa utusanNya, wa maa arsalnaa mir rosuulin illa bilisani
qoumihii gunanya utusanNya tak perlu juru translate beliau akan dapat mengerti
apa yang  sampaikan Sang Raja Alam
Semesta dengan cepat, tepat dan seksama. Perhatikan dalam ayat tersebut ciri
khas RasulNya,

 Baca Juga : Apakah Anda Seorang Muslim?


Pertama, Beliau bertindak sebagai
yang membacakan ayat dengan menerangkan dengan jelas agar dapat dipahami,
maksud dan kandungan hikmah dalam ayat tersebut, sehingga berujung dapat
diaplikasikan.

 

Kedua, menyucikan jiwa manusia;
manusia ada 2 dimensi lahir dan ruhani, secara fisik manusia dibatasi makanan
yang dapat merusak fungsi tubuhnya dan secara ruhani yang dibersihkan adalah
ajaran dan ideologi yang tidak berasal dariNya.

 

Ketiga, mengajarkan kitab dan hikmah, Kitab
berarti ketetapan, ketentuan dan ukuran dari Sang Maha Kuasa, manusia fitrah
harus berada pada koridor itu. Ilmu hikmah adalah pelengkap dari sistem
kepemimpinan, karakter arif dan bijaksana. Semua pengikut Rasulullah pastilah
dikader untuk menjadi pemimpin, jika sistemnya sudah ada maka dibutuhkan
pemimpin yang mengerti menjalankan dan menjaga sistem tersebut.



BERSAMBUNG……..



Bumi Tuan Semesta Alam

4 Mei 2021

 

RP.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *