Kesalahan dalam
membaca zaman, membaca kondisi sosial politik umat manusia, maka akan
menyebabkan kesalahan dalam memahami dan menerapkan firman-firman Allah.
Ayat-ayat Al-Quran harus dibaca dan diterapkan sesuai dengan kondisi zaman.
Memaksakan melakukan sesuatu yang bukan pada tempat dan waktunya hanya akan
menghasilkan sesuatu yang batil dan merusak. 


Membaca Ayat-Ayat Makkiyah dan Madaniyah (Bagian 3)


Mengerjakan sesuatu yang belum
waktunya adalah perbuatan tergesa-gesa dan itu adalah perbuatan yang perbuatan
setan karena tidak sesuai dengan tuntunan wahyu Allah dan Sunnah para
Rasul-Nya. Dengan kata lain, memaksakan penerapan ayat-ayat hukum (ayat-ayat
Madaniyah) pada kondisi Makkiyah adalah perbuatan setan yang batil dan merusak.
Mewajibkan pelaksanaan syariah pada masa atau 
yaum Makkiyah
adalah refleksi dari 
“nafsu kekuasaan politik” dan
hal itu adalah perbuatan setan yang terkutuk. Perhatikan firman Allah dalam
surat Thaha (20) ayat 114 berikut ini:

Maka Maha Tinggi
Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca
Al-Quran sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah “Ya
Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan. 

Orang-orang beriman
tidak akan pernah memaksakan mengerjakan sesuatu yang belum waktunya untuk
dilaksanakan, apalagi melakukan tindakan teror atau maka terhadap penguasa
bangsa seperti yang dilakukan oleh kelompok kelompok Islam radikal dan ISIS
(NIIS). Terlebih lagi karena kekuasaan negara-negara bangsa yang ada telah
memiliki massa ajal (kematian dan kehancuran) masing-masing yang telah
ditetapkan oleh Allah. 

Baca Juga : Membaca Ayat-Ayat Makkiyah dan Madaniyah (Bagian 2)

Jika ajal kekuasaan negara-negara bangsa kafir-musyrik
itu sudah tiba, maka waktunya tidak bisa dimajukan atau dimundurkan barang
sesaat pun. Setiap kekuasaaan bangsa yang pernah lahir akan tiba pada masa
kematiannya. Perhatikan Ruhul Qudus surat Al-A’raf (7) ayat 34:

Tiap-tiap umat mempunyai
batas waktu (ajal), maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat
mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.

Dengan persoalan
tersebut diatas, sebenarnya semakin jelas akan kebenaran dari situasi dan
kondisi pada kehidupan sekarang ini, Makkiyah atau Madaniyah. Kita bisa melihat
dan membuktikan apakah hari ini kondisi Makkiyah atau Madaniyah dari eksistensi
hukum yang berlaku di negara-negara bangsa atau dunia ini. 

Baca Juga : Membaca Ayat-Ayat Makkiyah dan Madaniyah (Bagian 1)

Pertanyaannya,
Apakah dunia ini dikuasai oleh hukum Allah atau hukum syahwat buatan manusia
penjajah? Setiap manusia diperintahkan oleh Allah untuk memperhatikan kondisi
dunia hari ini agar tidak menjadi manusia yang mempersekutukan Allah
sebagaimana pernyataan firman Al-Quran surat An-Nisa (4) ayat 60 berikut ini:

“Apakah kamu
tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa
yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? mereka
hendak berhakim kepada thaghut, Padahal mereka telah diperintahkan mengingkari thaghut
itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang
sejauh-jauhnya.

Sahabatku…

Anda pasti masih
ingat, bahwa eksistensi hukum Allah membutuhkan tiga unsur dasar, yaitu hukum
atau undang-undang, aparat penegak hukum, dan umat yang akan tunduk patuh
kepada hukum yang diberlakukan. Ketiga unsur ini tidak berarti jika tidak
memiliki wilayah atau teritorial hukum (dar). Itulah kenapa dahulu
Muhammad Rasulullah diberikan Yastrib oleh Allah, dan karena keberhasilannya
menjalankan misi risalah-Nya, maka nama Yatsrib diubah menjadi “Al-Madinah
Al-Munawarah” (Kota Terang Allah; Pusat Peradaban Dunia), yakni tempat
yang terjadi di wilayah berlakunya hukum Allah.

Baca Juga : Sejak Kapan Anda Beriman ?

Rasulullah Muhammad mencapai kemenangan dan kesempurnaan menegakkan Din
Al-Islam setelah orang-orang kafir telah putus asa melawan pasukannya. Hal ini
diterangkan oleh Allah pada penggalan ayat 3 surat Al-Maidah berikut ini. “Pada
hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) Dinmu, sebab itu
janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu Dinmu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan
telah Ku-ridhai Islam itu jadi Din bagimu”
 Tentu saja kata
“al-yauma”; pada hari ini (saat Haji Wada’ di tahun 10 Hijriah)
menunjukkan pada konteks waktu saat ayat ini diturunkan. Pertanyaannya,
“Apakah hari ini orang-orang kafir musyrik penguasa jahiliyah telah putus
asa mengalahkan Din Al-Islam atau malah sebaliknya? Samakah kondisi Islam di
bawah komando Nabi Muhammad tahun 10 Hijriyah dahulu dengan kondisi umat Islam
hari ini? Jelas tidaklah sama.

BERSAMBUNG…..

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *