Sebelumnya Kita Sudah Menulis 3 Fase Perjuangan Rasulullah Muhammad dari mekah ke madinah. Artikel ini adalah lanjutan dari Tulisan Enam Fase Perjuangan Muhammad Dari Mekah Ke Madinah Bagian 1. Berikut ini tulisan Lanjutannya :
Keempat: Fase Jihad (Qital: Perang)
Orang-orang Quraisy sejak awal masa dakwah sudah berusaha keras untuk menjegal dan memusnahkan misi risalah-Nya. Tiga belas tahun lamanya Nabi Muhammad dan pengikutnya di Mekah berjuang menegakkan Din Al-Islam selalu mendapatkan perlawanan yang sengit dari mereka, baik secara sosial, agama, ekonomi, politik dan hukum. Para pengikut Nabi Muhammad (pengikut misi Millah Abraham) disiksa di luar peri-kemanusiaan di Mekah. Oleh karenanya, beliau dan pengikutnya meninggalkan Mekah karena penduduknya menentang dengan sangat dan mencari daerah yang subur untuk perkembangan misi risalah-Nya, yakni Yatsrib. Hal ini ditandai dengan adanya perjanjian dan jaminan dari kaum Khazraj di Yatsrib. 
Enam Fase Perjuangan Muhammad Dari Mekah Ke Madinah (Bagian 2)

Meskipun Rasulullah Muhammad beserta para pengikutnya telah diusir dan sudah meninggalkan Mekah, orang Quraisy masih tetap juga memusuhinya, dan bertekad menghancurkannya. Pendirian orang Quraisy ini disadari oleh Rasulullah, bahwa selama beliau menyebarkan Islam hanif, selama itu pula orang-orang Quraisy memusuhinya. Segala harta milik orang beriman (muhajir) yang ditinggalkan di Mekah, semuanya disita oleh orang Quraisy dan mereka bagi-bagikan sebagai harta rampasan. 

Nabi Muhammad bukanlah hanya sebagai seorang pemimpin spiritual saja, yang setiap saat memberikan wejangan-wejangan dan pelajaran-pelajaran spiritual kepada ummatnya, akan tetapi beliaupun juga sebagai seorang pemimpin dari suatu masyarakat yang sedang membangun suatu tatanan kehidupan ummat yang sedang berjuang menegakkan keadilan dan kebenaran sejati. 
Beliau sedang berjuang untuk membebaskan masyarakatnya dari perbudakan ideologi dan tirani penguasa Mekah dan penguasa dunia. Oleh karenanya, beliau pun mempunyai kewajiban untuk membela ummatnya dari setiap rongrongan yang membahayakannya, termasuk dari serangan tentara kafir Quraisy. 
Untuk tugas inilah, Allah menurunkan ayat yang mengizinkan Nabi dan ummatnya mengangkat senjata (berperang) untuk membela dan mempertahankan diri. Firman Allah dalam Al-Quran surat Al-ḥajj (22) ayat 39 – 40:

Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu. 40(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: “Rabb kami hanyalah Allah”. Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. 

Inilah ayat yang pertama kali turun mengenai perang. Dengan diturunkannya ayat tersebut, Rasulullah lalu membentuk pasukan-pasukan tentara yang berkewajiban: pertama-tama berjaga-jaga di luar kota Yatsrib terhadap serangan mendadak yang mungkin dilakukan oleh suku-suku Badui atau kaum Quraisy. Berikut terdakwa kutipkan penjelasan Imam Ibnu Katsir dalam Kitab Tafsirnya tentang surat Al-ḥajj (22) ayat 39 dan 40 di atas, sebagai berikut: ” Al-‘Aufi berkata dari Ibnu `Abbas, “Ayat ini turun tentang nabi Muhammad dan para sahabatnya ketika mereka diusir dan dikeluarkan dari kota Mekah”. 
Mujahid dan ulama salaf mengatakan, bahwa ini adalah ayat pertama yang turun tentang jihad dan dimasukkan sebagai surat madaniyah. Allah Maha Kuasa menolong hamba-hamba-Nya yang beriman tanpa peperangan sekalipun. Akan tetapi, Dia menghendaki hamba-hamba-Nya untuk mengerahkan kemampuan semaksimal mungkin dalam rangka tunduk patuh (taat) kepada-Nya. 
Allah telah mensyariatkan jihad pada waktu yang tepat. Karena dahulu, saat mereka berada di kota Mekah, orang-orang musyrik lebih banyak jumlahnya. Sekiranya orang-orang beriman diperintahkan berperang melawan kaum mayoritas, padahal saat itu mereka kurang dari sepuluh persen, niscaya hal itu akan menyulitkan mereka. Ketika orang-orang musyrik berbuat zalim, mengusir Nabi dari lingkungan mereka, berniat membunuhnya, dan menyiksa para sahabatnya, maka sebagian diantara mereka hijrah ke negeri Habasyah dan sebagian besar hijrah ke Yatsrib. 
Ketika mereka telah menetap di Yatsrib, mereka berkumpul bersama Rasulullah Muhammad dan tetap konsis menolongnya, maka jadilah Yatsrib sebagai Madinah; negeri Islam bagi mereka dan tempat berlindung mereka. Lalu Allah mensyariatkan perang terhadap musuh-musuh mereka. Maka ayat ini adalah ayat yang pertama turun untuk tujuan itu. Mereka diusir dari Mekah ke Yatsrib tanpa ada alasan yang benar. 
Mereka sedikitpun tidak berlaku jahat kepada kaum mereka serta tidak memiliki dosa, kecuali dikarenakan mereka meng-esa-kan dan tunduk patuh kepada Allah yang tiada sekutu bagi-Nya. Seandainya Dia tidak menolak (menahan) sebagian kaum dengan Sebagian kaum yang lain serta menahan keburukan sebagian manusia/penguasa dari yang lainnya dengan sebab-sebab yang diciptakan dan ditentukan-Nya, niscaya rusaklah bumi ini, dan orang-orang (kaum) yang kuat akan membinasakan yang lemah”. 
Peperangan yang pertama kali terjadi antara kaum Muslimin dengan kaum Quraisy adalah perang Badar pada tanggal 17 Ramadan 2 H. Dalam perang Badar ini, kaum Muslimin memperoleh kemenangan besar, walaupun jumlah mereka lebih kecil dari kekuatan musuh, kaum musyrikin Mekah. Al-Quran menyebut peperangan ini dengan “Yawmul Furqān”; hari memisahkan antara yang hak dengan yang batil. 
Al-Quran menyebutnya dengan “Yawmul taqal jam’an”; hari bertemunya dua pasukan (lihat QS. Ali ‘Imran (3): 116-117). Peperangan inilah yang menentukan jalannya sejarah perkembangan din al-Islam. Sekiranya ummat Islam kalah dalam perang Badar, maka lenyaplah perjuangan din al-Islam zaman itu. Namun, atas izin dan pertolongan Allah, kaum Muhajir dan Anshar memenangi peperangan tersebut. Perhatikan ketetapan Allah pada Al-Quran surat Al-Mujādilah (58) ayat 21 berikut ini:

Allah telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang”. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.

Demikianlah, peperangan demi peperangan dilalui oleh Nabi Muhammad dan para pejuang penegak din al-Islam dan mereka selalu memenangi setiap peperangan atas dasar kecintaan dan ketaatan kepada Allah, Tuhan Semesta Alam. Mulai dari perang Uhud di bulan Sya’ban tahun ke-3 H, dimana 70 orang sahabat gugur, termasuk Hamzah, paman Nabi. Perang Khandaq (dikenal dengan perang Al-Ahzab) di bulan Syawal tahun ke- 5 H, dan perang besar lainnya adalah perang Mu’tah melawan pasukan Romawi, sebagai Imperium Dunia kala itu. Tiga jenderal yang gugur dalam peperangan ini adalah Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib dan Abdullah bin Rawahah. Perang ini terjadi di tahun ke-8 H.
Kelima: Fase Futuh Mekah (Penaklukan Mekah)
Perang meraih kemenangan adalah ibadah (perintah) yang harus dilaksanakan, bukan ambisi politis emosional yang sarat akan nafsu berkuasa dan balas dendam. Jika ada tudingan bahwa kekuasaan Islam disebarkan dengan darah dan pedang, harus didudukan secara tepat terlebih dahulu. Dalam peperangan, membunuh atau terbunuh; menang atau kalah, adalah hal yang tak terhindarkan. Akan tetapi, sekali lagi diingatkan, dasar dari peperangan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dan para pengikutnya bukanlah atas dasar kebangsaan, tetapi murni ketaatan kepada perintah Yang Maha Kuasa melalui rasul-Nya dan dalam rangka membela diri dari perbuatan zalim dan mempertahankan diri dari serangan (serbuan) tirani penguasa bangsa musyrik. 
Sedangkan kemenangan di medan laga adalah wujud pertolongan dan janji Allah kepada orang-orang beriman. Pada tanggal 10 bulan Ramadhan 8 H, Rasulullah beserta 10.000 orang laki-laki berangkat menuju Mekah. Orang-orang Quraisy mendengar berita tersebut menjadi gemetar ketakutan dan putus asa. Akhirnya, Abu Sofyan, Pemimpin Quraisy, pergi mencari Nabi di luar kota Mekah untuk menyusul dan menyatakan keimanannya. Rasulullah kemudian memerintahkan pasukannya memasuki kota Mekah dari empat jurusan. Hingga akhirnya, Mekah jatuh ke dalam kekuasaan kaum Mu’minin tanpa perlawanan sama
sekali. Orang-orang Quraisy yang dahulu mengejar-ngejar dan menyakiti Nabi dan para sahabatnya dan terus-menerus memusuhi mereka, kini takluk di bawah pimpinan Rasulullah Muhammad. Inilah masa kemenangan Rasulullah atas kekuasaan orang Mekah (futuh Mekah).

Keenam: Fase Khilafah (Al-Madinah Al-Munawwarah)
Pasca penaklukan kota Mekah dan peperangan Tabuk (melawan pasukan Romawi tahun 9 H), beberapa kabilah Arab dari segala penjuru datang berduyun-duyun menemui Rasulullah dan menyatakan bahwa suku mereka bergabung dengan beliau, menjadi muslim. Peristiwa ini digambarkan dalam Al-Quran surat An-Nashr (110) ayat 1 – 3:

Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, 2 dan kamu lihat manusia masuk din Allah dengan berbondong-bondong, 3 maka bertasbihlah dengan memuji Rabb-mu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.

Demikianlah, din Allah (din al-Islam) telah dapat merata diterima di jazirah Arab. Rasulullah Muhammad telah dapat menyaksikan buah perjuangannya yang dilakukan lebih dari dua puluh tahun. Bangsa Arab yang tadinya hidup berpecah belah dan saling bermusuhan, kini hidup bersatu di
bawah satu pimpinan, satu sistem hukum, dan bernaung di bawah satu panji, yakni Khilafah Allah, negeri Madinah al-munawwarah. Setelah kota Yatsrib menjadi wilayah yang aman dan dikuasai ummat Islam, maka Yatsrib berubah menjadi wilayah tempat berlakunya din al-Islam (sistem hukum Islam) dan nama Yatsrib pun berubah menjadi Madinah. 
Kota Madinah akhirnya menjadi pusat dan basis bagi tegaknya khilafah Allah dan din al-Islam menjadi system hukum yang berlaku di dalam wilayah kekuasaan Islam. Pada tanggal 25 Zulqaedah 10 H, Rasulullah bersama kaum Muslimin menuju Mekah untuk mengerjakan haji. Jumlah mereka yang berhaji kira-kira 100.000 orang. Sebelum menyelesaikan haji, Rasulullah menyampaikan pidato amanat di hadapan kaum muslimin di bukit Arafah pada tanggal 8 Zulhijah 10 H (7 Maret 633 M). Di sinilah Rasulullah memproklamasikan
tegaknya din al-Islam sebagai sistem hukum bagi ummat manusia. Peristiwa bersejarah akan proklamasi tegaknya misi Kerajaan Allah (yang ditandai dengan tegaknya tata hukum Allah, tata pemerintahan, tata ummat, dan teritorial hukum Allah) diabadikan dalam Al-Quran surat Al-Māidah (5) ayat 3:
….Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) Din mu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu din mu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi Din bagimu.
Kemenangan dan kekuasaan yang dianugerahkan Allah kepada Rasulullah dan orang-orang beriman sesungguhnya adalah wujud dari janji Allah seperti ditegaskan dalam Al-Quran surat An-Nuur (24) ayat 55:
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka din yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap mengabdi kepada-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. 
Begitu pula janji Allah dalam Al-Quran surat Al-Aḥzāb (33) ayat 27:

Dan Dia mewariskan kepada kamu tanah-tanah, rumah-rumah dan harta benda mereka, dan (begitu pula) tanah yang belum kamu injak. Dan adalah Allah Maha Kuasa terhadap segala sesuatu. 

Sejarah perjalanan risalah yang dilakukan oleh Rasulullah Muhammad dan orang-orang beriman di atas adalah pengulangan dari Tradisi Tuhan Semesta Alam bagi mereka yang berjalan pada Jalan Kebenaran Allah, jalan para pembawa misi risalah Millah Abraham. Siapapun yang berjalan pada Jalan Allah, maka dia akan mendapati apa yang dahulu dilakoni oleh mereka yang berjalan di Jalan Allah tersebut, baik rute perjalanan, dialektika misi perjuangan, dan ganjarannya. Ini pula yang menjadi tanda atau bukti apakah perjalanan seseorang atau suatu komunitas berjalan pada Jalan Allah atau Jalan Setan.
Enam tahap perjuangan Rasulullah Muhammad dalam menegakkan din al-Islam dalam wujud Khilafah Islamiyah di ataslah yang harus diteladani oleh orang-orang beriman, mulai dari visi, misi, dan program-programnya. Siapapun yang berjuang pada Jalan Allah harus melalui tradisi para Rasul Allah sebelumnya. Dan siapapun yang berjuang tidak menggunakan manhaj para Rasul Allah, maka nilainya adalah batil.
Demikianlah, Rasulullah Muhammad telah berhasil membangun Kembali Bait Allah (Kerajaan Allah: Khilafah Allah) di muka bumi, dimana Yatsrib (Madinah) menjadi pusat kekuasaannya. Namun, khilafah yang dibangun oleh Rasulullah Muhammad kini telah hancur. Sudah tiba pada batas waktu kekuasaan yang Allah tetapkan, sudah tiba ajalnya sejak jatuhnya Khalifah Al-Musta’shim Billah oleh pasukan Jengis Khan di tahun 658 H/1258 M (Imam As-Suyuthi, 2010: 627-631). Bait Allah hanya tinggal simbolik bangunan fisik saja, tetapi aturan-aturan yang berlaku di dalam “rumah” itu bukan lagi hukum Allah. Allah sebagai Pemilik rumah sudah meninggalkan rumah itu, dan yang menempatinya saat ini adalah para tukang tipu dan penyamun. Untuk dapat menegakkan kembali Bait Allah, maka ummat Islam harus sanggup berjuang menempuh jalan yang pernah ditempuh oleh para Rasul Allah, yakni tahapan iman, hijrah, dan jihad di Jalan Allah. Inilah syarat untuk mendapatkan kemenangan dari-Nya, seperti ditegaskan dalam Al-Quran surat At-Taubah (9) ayat 20:

Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.

Demikianlah Enam Fase Perjuangan Muhammad dari Mekah Ke madinah. 

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *