Teodisi.com : Menjelang wafatnya Umar bin Khaththab, Utsman telah membentuk sebuah dewan yang diketuai oleh Abdurrahman bin Auf. Dewan tersebut beranggotakan enam orang sahabat yang saat itu dianggap paling tinggi derajatnya. Keenam anggota dewan tersebut adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan Sa’ad bin Abi Waqas. Dewan tersebut bertugas memilih salah satu dari mereka untuk menjadi khalifah sepeninggal Umar dengan cara musyawarah mufakat. Akhirnya, dewan bersepakat dan menunjuk Utsman bin Affan sebagai khalifah pengganti Umar bin Khaththab.

(Utsman bin Affan menjabat khalifah pada usia 65 tahun. Ia berasal dari Bani Umayyah yang sudah cukup berpengalaman ikhwal tata kelola sebuah pemerintahan negara sejak sebelum tegaknya khilafah. Pada saat Rasulullah masih hidup, Utsman terpilih sebagai salah satu sekretaris Rasulullah sekaligus masuk dalam tim penulis wahyu yang kemudian pada masa kekhalifahannya, Al-Quran dikodifikasikan dengan baik.
Dalam manajemen pemerintahannya, Utsman menempatkan beberapa anggota keluarga dekatnya menduduki jabatan publik strategis. Beberapa nama pejabat dari kalangan Bani Umayyah yang Utsman angkat dalam pemerintahannya adalah Muawiyah bin Abu Sofyan sebagai Gubernur Syam, Abdullah bin Amir sebagai Gubernur Basyrah,
Walid bin Uqbah sebagai Gubernur Kuffah, Abdullah bin Sa’ad sebagai Gubernur Mesir, dan Marwan bin Hakam sebagai sekretaris Khalifah.
Tindakan Utsman tersebut memunculkan ketidakpuasan ummat, meskipun pada dasarnya penunjukan itu juga berdasarkan kemampuan dan kecakapan orang-orang tersebut dalam menempati jabatan yang diembankan kepadanya. Namun, dalam perjalanannya gubernur-gubernur pilihan Utsman itu dianggap tidak amanah dalam menjalankan tugasnya, bahkan cenderung sewenang-wenang. Selain isu nepotisme, ketidakpuasan beberapa kelompok terhadap kepemimpinan Utsman juga disebabkan oleh besaran pembagian pampasan perang antara pusat dan daerah. Kekisruhan tersebut membuka celah bagi munculnya para pemberontak ke permukaan dan berupaya menggoyah kursi kepemimpinan Khalifah.
Puncaknya, para tentara Mesir yang tidak puas dan melakukan aksi protes terhadap kebijakan khilafah berhasil membunuh Khalifah Utsman di rumahnya sendiri. Peristiwa tragis tersebut seolah-olah mempertegas lemahnya sistem kekhalifahan Islam, meskipun sekali lagi dikatakan terlalu banyak misteri yang tertinggal dalam narasi sejarah kelam khilafah bikinan orang-orang yang sedari awal membenci tegaknya Khilafah Islamiyah.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *