Kata Din berasal dari Bahasa Arab Secara bahasa Din dapat diartikan sebagai kekuasaan ketundukan kepatuhan pengabdian dan hukum
Secara etimologiulama mendefenisikan Din sebagai peraturan Ilahi yang mengantarkan orang-orang berakal sehatatas kehendak mereka sendirimenuju kebahagiaan dunia akhirat
Jika merujuk pada Al-Quran maka kata Din tidak hanya berbicara tata aturan bagi umat manusia tetapi juga tata aturan bagi semua makhluk ciptaan-Nya
Ali Imran (3):83, afaghaira diinillaahi yabghuuna wa lahuu aslama man fis samaawaati wal ardhi thau’aw wa karhaw wa ilaihi yurja’uun
Maka apakah mereka mencari Din yang lain dari Din Allah padahal kepada-Nyalah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan.
Sehingga dalam arti luas Din adalah sistem hukum ciptaan Allah dalam mengatur hidup dan kehidupan segala makhluk yang ada di alam semesta
Tidak ada Din lain sejak khalifah Adam hingga dengan hari ini kecuali Islam.
Semua Nabi dan Rasul adalah Islam Karena Din yang diciptakan oleh Allah hanya satu yaitu Islam
Inna Dinna Indallahi Islam
Din adalah fitrahnya manusia Sehingga tidak mungkin ada dua (atau lebih) Din sebab manusianya sama. Karenanya Allah berfirman di dalam Al-Quran Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada din (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) din yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui
Jadi Allah memerintahkan manusia untuk mengahadapkan pandangan hidupnya secara lurus tidak boleh melenceng
Pelencengan Aqidah akan berakibat pada syari’at sehingga aqidahnya harus tepat. Din adalah ciptaan Allah dengan Din itu Allah mencipta manusia Manusia diciptakan tujuannya untuk Din tersebut. Siapa yang tidak memahami Din hidup bukan untuk Din maka dia akan tersesat
Perlu kita pahami bahwa di dalam Alqur’an Din adalah hukum kekuasaan dan umat. Tiga hal ini harus menjadi satu Hukum tanpa kekuasaan siapa yang akan menegakkannya? Ada hukum dan kekuasaan siapa yang akan menjadi hamba hukumnya? Ketiganya tidak dapat dipisahkan Itulah ad- Dien
Setiap orang yang mengaku muslim otomatis dia harus menjadi umat yang taslim patuh pada hukum Allah yang ditegakkan oleh Ulil Amri minkum
Omong kosong berbicara Islam tanpa ada Sulthon (kekuasaan atau ulil amri)
Hukum tidak dapat ditegakkan atau diaktualisasikan dalam kehidupan tanpa adanya kekuasaan
Hari ini sudah banyak yang mengaku Islam Tetapi yang belum ada yaitu Ulil Amri (penguasa) yang akan menegakkan hukum Islam dalam kehidupan Oleh karena itu tugas kita adalah an ‘aqimud din; tegakkan Din tegakkan system Allah
syara’a lakum minad diini maa washshaa bihii nuuhaw walladzii auhainaa ilaika wa maa washshainaa bihii ibraahiima wa muusaa wa ‘iisaa an aqiimud diina wa laa tatafarraquu fiih, kabura ‘alal musyrikiina maa tad’uuhum ilaiih, allaahu yajtabii ilaihi may yasyaa‘u wa yahdii ilaihi may yuniib (QS. 42/13)
Hukum tidak boleh hanya di atas kertas tetapi harus diaktualisasikan Dan hukum bisa tegak jika ada aparat-aparat hukum yang menegakkannya.
Maka yang dimaksud dengan ‘aqimud din adalah perjuangkan hukum Allah agar dapat tegak berlaku dalam kehidupan.
Jadi an‘aqimuddin adalah tegakkan hukum yang aktualisasinya adalah perjuangan seperti yang dilakukan oleh Rasulullah Muhammad dari iqro’ hingga al- yawma.
Universalitas Abraham, Penyembelihan Ismail, dan Hak Kesulungan Ishaq Teodisi.com : Sosok Nabi Ibrahim (Abraham) banyak disebut di dalam kitab-Kitab Allah. Siapa Abraham? Beliau adalah bapak […]
Kedudukan, Tugas dan Fungsi Rasul Rasul (Muhammad) beriman pada apa (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang mukmin. Masing-masing beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, […]
Sahabatku.. Sebelumnya Kita sudah bahas beberapa hal tentang fungsi Al-qur’an sekarang kita akan melanjutkan tulisan ini dengan judul Al-Qur’an Sebagai Kitab Sejarah Bagian II sebagai […]