Teodisi.com : Tentu saja, maha karya yang luar biasa dari Allah adalah alam semesta dimana manusia menjadi eksponen di dalamnya. Sedangkan isme Allah adalah wahyu Allah yang diturunkan (diajarkan) kepada para Rasul yang telah dibukukan ke dalam kitab Taurat, Injil, dan Al-Qur’an.
Alam semesta dan seluruh mahluk ciptaanNya merupakan wujud dari sifat Rahman Allah, dan wahyu yang difirmankan kepada manusia melalui para RasulNya adalah wujud dari sifat Rahim Allah. Itulah dua isme utama dari Allah, yakni Ar-rahman dan Ar-rahim.
Para ulama islam sepakat bahwa ayat yang pertama kali diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad adalah lima ayat pertama dari surat Al-‘Alaq [96]:
“Bacalah atas nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Pada wahyu pertama di atas, dua kali Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk membaca, yakni pertama, “Bacalah atas nama Rabbmu yang menciptakan”. Dapat dijelaskan, bahwa kata ismun berarti nama, yang mengandung arti sifat; paham, seperti Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Ismun atau makna karakter atau akhlak.
Lalu apa yang harus dibaca oleh Nabi Muhammad?. Pertama, membaca segala apa yang telah Allah ciptakan sebagai karyaNya, termasuk mempelajari proses penciptaan manusia yang tercipta dari ‘alaq, yakni proses ketergantungan atau proses kesepasangan antar sel sperma dan sel telur.
Membaca alam semesta (alam makro) dan alam manusia (alam mikro) adalah awal untuk dapat mengenal Dia yang mencipta alam dan manusia. Dengan demikian, ketika seseorang dapat membaca alam semesta dan alam manusia, maka dia akan dapat mengenal Allah, Sang Pencipta. Dia akan dapat melihat dan menemukan kebenaran sejati.
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu”. (Al- Fushshilat [41] ayat 53)
Alam semesta dan segala sesuatu yang ada di dalamnya adalah hasil karya ciptaan Allah Yang Maha Benar. Dan Dia mencipta di atas prinsip kebenaran, sehingga sejatinya merupakan wujud dari kebenaran Allah dan sekaligus wujud dari karakter atau akhlak Dia.
Jadi, untuk mengenal Allah kenalilah sifat-sifat-Nya. Kenalilah karakter-karakter-Nya, kenalilah akhlak-Nya, dan semuanya itu ada pada alam.
Alam semesta adalah Kitab besar dari Allah yang terjaga oleh-Nya (lauh al-mahfudz). Membaca alam adalah membaca ayat-ayat Allah pada alam. Begitu luasnya ilmu Allah yang ada pada alam, manusia tidak akan sanggup jika ia ingin meneliti dan menulisnya.
Orang-orang berakal yang selalu memaksimalkan pendengaran dan penglihatannya sebagai karakter dasar orang-orang beriman berkesimpulan bahwa kehidupan alam semesta adalah wujud kebenaran, sehingga menghasilkan sesuatu yang seimbang, harmonis, teratur, penuh dengan kedamaian dan saling menyejahterakan. Bahkan, tidak ada satu pun makhluk di alam ini yang batil atau sia-sia.
Artinya, semuanya adalah wujud kebenaran dan karenanya semua makhluk di alam ini senantiasa tunduk patuh (aslama) menjalankan tugas dan fungsi yang sudah diundangkan Allah kepadanya tanpa ada penolakan.
Itulah wujud dari kehidupan Jannah, kehidupan surgawi yang penuh keteraturan, kedamaian dan kesejahteraan. Lawan dari kehidupan jahannam yang penuh dengan ketidakteraturan, kekacauan, dan permusuhan.
Kedua, membaca dan memahami firman yang diwahyukan oleh Allah melalui utusan-Nya. Diutusnya seorang Rasul ke tengah-tengah ummat manusia atau suatu bangsa sesungguhnya adalah wujud dari karunia Allah.
Setelah Rasulullah Muhammad diajarkan isme-isme Allah yang pada awalnya tidak diketauinya, maka tugas beliau selanjutnya adalah membacakan ayat-ayat Allah kepada bangsanya dan masyarakat sekitarnya.
Para Rasul Allah menjadi penerang, juru selamat, dan teladan, bagi orang-orang yang iman kepada apa yang disampaikan. Sebab masyarakat bangsanya hidup dalam kesesatan yang nyata; mereka hidup tanpa petunjuk wahyu Allah.
Kini, firman-firman yang diajarkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad pada 14 abad yang lalu telah dikodifikasi ke dalam mushhaf Al-Qur’an. Dengan kata lain, agar manusia dapat mengenal Allah dengan benar.
Dengan demikian, Al-Qur’an adalah kumpulan firman Allah yang harus menjadi petunjuk bagi ummat manusia. Tidak hanya dalam rangka mengenal dan mencintai Dia dengan sepenuh akal budi, tetapi juga sebagai kitab petunjuk untuk membangun suatu tatanan kehidupan dunia yang setimbang, harmonis, teratur, penuh dengan kedamaian, dan saling menyejahterahkan.
Ketika seseorang berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memaksimalkan akal pikirannya, meninggalkan egoisme paham dan tradisi keagamaan
nenek moyang yang batil. Dan membersihkan kesadaran dari ideologi buatan manusia, niscaya Allah akan memberikan hidayah iman kepadanya.
Dia akan diisinkan oleh Allah untuk mengenalNya, mencintaiNya, dan sanggup berkorban demi Allah yang dicintaiNya.
Parafrase: Jay
Editor: Harun Ester