Kitab suci ada sebagai petunjuk atau pedoman bagi manusia dalam menjalani hidup. Manusia hidup harus berjalan dengan isme/ajaran-Nya. Agar manusia berjalan dengan ajaran-Nya, kita harus mengenal DIA dengan benar. Setelah itu hendaklah manusia mengingat-Nya.
Keluaran 20:7
“Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.”
QS Al-A’raf ayat 180
وَلِلّٰهِ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰى فَادْعُوْهُ بِهَاۖ وَذَرُوا الَّذِيْنَ يُلْحِدُوْنَ فِيْٓ اَسْمَاۤىِٕهٖۗ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ۖ
“Dan Allah memiliki Asma’ul-husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepadanya dengan menyebutnya Asma’ul-husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”
Allah menyatakan bahwa Dia memiliki Asma’ul-husna, yaitu karakter, nama-nama yang indah yang mencerminkan sifat-sifat-Nya yang mulia. Dalam kedua surat tersebut, mereka yang menggunakan nama Allah untuk menutupi perbuatan jahat, bertindak kepada sesuatu yang bersifat negatif maka mereka bersalah, mendapatkan balasan, tidak hormat. Mengingat Allah memiliki 99 karakter atau Asmaul Husna, sebagai makhluk, kita seharusnya dan tidak sepantasnya bertindak sebaliknya terhadap karakter-Nya sebagai pencipta kita.
Perhatikan QS Al-Baqarah ayat 224
وَلَا تَجْعَلُوا اللّٰهَ عُرْضَةً لِّاَيْمَانِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْا وَتَتَّقُوْا وَتُصْلِحُوْا بَيْنَ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
Janganlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang dari berbuat baik, bertakwa, dan menciptakan kedamaian di antara manusia. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Dan dalam surat Matius 5:37
“Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak”
Manusia hendaknya mengawali hari dan memulai setiap aktivitas atas “Nama-Nya“. Bukan berarti membawa-bawa nama-Nya bahkan untuk urusan yang bisa diselesaikan oleh Ibu-Bapak RT tetapi justru agar supaya berjalan dan beraktivitas sesuai dengan ajaran-Nya.
Tetapi, harus mengenal dulu dengan DIA dengan benar bukan berpura-pura kenal. Bila begitu, mengatasnamakan namanya menjadi hal yang relevan karena bukan sekadar membawa-bawa “nama-Nya“. Atas Nama tidak sama dengan kata “dengan nama”, bila kita mengatasnamakan sesuatu maka apa yang kita lakukan sesungguhnya merupakan apa yang dilakukan dan diinginkan yang mengutus kita. Anggaplah perintah seorang presiden kepada duta besar, legitimasi duta besar menjadi besar karena dia berjalan atas perintah presiden bukan dengan nama presiden karena dia adalah utusan resmi. Dubes menjadi saksi, menjadi orang kepercayaan, menjadi representasi presiden di tempat Dubes bertugas
Maka dari itu kita harus mengenal Dia dengan benar agar kita tidak sekadar membawa-bawa nama-Nya melainkan agar kita paham apa yang diinginkan Dia. Selain itu, perintah ini sering kali diabaikan oleh manusia yang menggunakan nama Allah untuk kepentingan pribadi. Kita sering mendengar orang menggunakan ungkapan “Insyaallah” secara sembrono, tanpa memperhatikan esensi di baliknya. Banyak yang menggunakan ungkapan ini sebagai cara halus untuk menolak ajakan tanpa mempertimbangkan implikasinya terhadap penggunaan nama Allah.
Namun, menyebut nama Allah dengan sembarangan atau mengatasnamakan-Nya dalam urusan pribadi, keluarga, atau kelompok, adalah tindakan yang tidak hormat. Bukan juga berarti kita bisa melakukan tindakan senonoh asalkan tidak menyebut nama Allah. Kita juga dilarang berjanji atas nama Allah dengan mempertaruhkan nama-Nya atau bahkan dengan melakukan sumpah palsu. Bentuk penghormatan dan penghargaan terhadap Allah terletak dalam menggunakan nama-Nya dalam konteks yang suci dan mulia, bukan dalam kegiatan atau aktivitas yang najis atau menajiskan (dosa).
Dengan demikian, kita harus mengenal Dia dengan benar agar kita tidak sekadar membawa bawa nama-Nya melainkan agar kita betul-betul mengerti apa yang diinginkan Dia serta menjaga ucapan, perbuatan dalam menghormati nama Allah sebab, hal tersebut merupakan bagian integral dari kehidupan sebagai makhluk yang dicipta oleh-Nya.
Konten: Reuven
Penulis: Reine & Pams
Editor Tulisan: Reine Alexandria