Pertanyaan tentang tempat dan tanggal lahir sudah sangat umum di telinga kita. Bahkan sebelum kita lahir, tanggal kelahiran kita sudah ditanyakan. Namun, apakah kita benar-benar memahami apa itu kelahiran? Apakah kelahiran hanya tentang proses keluar dari rahim ibu, atau ada makna yang lebih dalam? Apakah kelahiran hanya berkaitan dengan hubungan darah dan daging? Mari kita telusuri lebih lanjut dalam tulisan ini.
Kelahiran berasal dari kata dasar “lahir” yang berarti keluar dari kandungan. Secara umum, kelahiran adalah proses di mana janin atau anak, baik pada hewan maupun manusia, keluar dari rahim. Namun, kelahiran sebenarnya memiliki beberapa jenis, seperti kelahiran anak, kelahiran organisasi, kelahiran ideologi, maupun kelahiran umat. Apapun jenis kelahiran tersebut, semuanya diawali dengan sesuatu yang baru, menciptakan sejarah baru. Pada kesempatan ini, kita akan berfokus pada kelahiran yang dialami manusia.
Mari kita simak QS An-Nahl ayat 78 :
وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْـًٔاۙ وَّجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani agar kamu bersyukur
Setelah sekitar sembilan bulan berada dalam kandungan, seorang anak manusia lahir tanpa mengenal apapun, berada dalam kondisi suci. Ini adalah yang disebut kelahiran pertama, kelahiran secara darah dan daging. Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah benar kita harus lahir dua kali? Apa yang membuat kita lahir untuk kedua kalinya?
Mari kita cermati QS. Al-A’raf ayat 179:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِۖ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اٰذَانٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ
Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan banyak dari kalangan jin dan manusia untuk (masuk neraka) Jahanam (karena kesesatan mereka). Mereka memiliki akal pikiran yang tidak mereka pergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan memiliki mata yang tidak mereka pergunakan untuk melihat (ayat-ayat Allah), serta memiliki telinga yang tidak mereka pergunakan untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.
Ayat di atas mengajarkan kita bahwa kelahiran manusia bukan hanya perkara jasmani yang berproses dari bayi, kanak-kanak, hingga dewasa dan pikun. Ada aspek lain yang membedakan manusia dengan hewan, yang juga mengalami kelahiran pertama. Manusia memiliki potensi diri yang harus dimaksimalkan, yaitu Qalbu (memahami ayat-ayat Allah), Penglihatan (melihat tanda-tanda kekuasaan Allah), dan Pendengaran (mendengarkan ayat-ayat Allah). Jika potensi ini tidak dimaksimalkan, kita bisa masuk dalam kategori yang lebih rendah dari hewan ternak, bahkan lebih sesat.
Mari kita renungkan QS. Asy-Syura ayat 52:
وَكَذٰلِكَ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ رُوْحًا مِّنْ اَمْرِنَا ۗمَا كُنْتَ تَدْرِيْ مَا الْكِتٰبُ وَلَا الْاِيْمَانُ وَلٰكِنْ جَعَلْنٰهُ نُوْرًا نَّهْدِيْ بِهٖ مَنْ نَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِنَا ۗوَاِنَّكَ لَتَهْدِيْٓ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍۙ
Demikianlah Kami mewahyukan kepadamu (Nabi Muhammad) rūh (Al-Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Kitab (Al-Qur’an) dan apakah iman itu, tetapi Kami menjadikannya (Al-Qur’an) cahaya yang dengannya Kami memberi petunjuk siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Sesungguhnya engkau benar-benar membimbing (manusia) ke jalan yang lurus,
Ayat ini menyatakan, “Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Kitab dan apakah Iman itu, tetapi Kami jadikan Al-Quran itu Cahaya, dengan Cahaya itu Kami memberi petunjuk kepada yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.” Sangat jelas, jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya, bahwa mereka yang dikehendaki adalah mereka yang dapat memaksimalkan sarana Qalbu, Penglihatan, dan Pendengaran sehingga dapat lahir secara Ruh atau Rohani.
Untuk lebih jelas lagi, mari kita simak Injil Yohanes 3:1-8:
1Ada seorang tokoh agama dari kalangan orang Farisi yang bernama Nikodemus.
2Pada suatu malam ia datang kepada Yesus dan berkata, “Bapak Guru, kami tahu Bapak diutus Allah. Sebab tak seorang pun dapat membuat keajaiban seperti yang Bapak buat, kalau Allah tidak menyertai dia.”
3Yesus menjawab, “Percayalah, tak seorang pun dapat menjadi anggota umat Allah, kalau ia tidak dilahirkan kembali.”
4“Masakan orang dewasa dapat lahir kembali?” kata Nikodemus kepada Yesus. “Mungkinkah ia masuk kembali ke dalam kandungan ibunya dan dilahirkan lagi?”
5Yesus menjawab, “Sungguh benar kata-Ku ini: kalau orang tidak dilahirkan dari air dan dari Roh Allah, orang itu tak dapat menjadi anggota umat Allah.
6Manusia secara jasmani dilahirkan oleh orang tua, tetapi secara rohani dilahirkan oleh Roh Allah.
7Jangan heran kalau Aku mengatakan: kamu semua harus dilahirkan kembali.
8Angin bertiup ke mana ia mau; kita mendengar bunyinya, tetapi tidak tahu dari mana datangnya dan ke mana perginya. Begitu juga dengan orang yang dilahirkan oleh Roh Allah.”
Dalam penggalan ayat 3, disebutkan bahwa jika seseorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah. Pada ayat 6, disebutkan bahwa yang lahir dari daging adalah daging dan yang lahir dari Ruh adalah Ruh, dan pada ayat 7 ditegaskan lagi bahwa kita harus dilahirkan kembali.
Dengan demikian, terjawablah pertanyaan-pertanyaan di atas bahwa kita lahir bukan hanya secara darah dan daging. Kita juga perlu dilahirkan kedua kali, yaitu secara Ruh. Kesimpulannya, seseorang yang hanya dilahirkan secara darah dan daging sama derajatnya dengan hewan ternak yang hanya mengikuti nalurinya. Oleh karena itu, kita perlu mengalami Kelahiran Kedua atau Kelahiran Kembali secara Ruh agar terhindar dari neraka Jahannam dan dapat memasuki Kerajaan Allah.
Penulis: Gilbert
Editor: Abqurah