Islam adalah sebutan dari Din Allah yang memuat seperangkat sistem dan aturan hukum yang dijadikan sebagai landasan pengabdian setiap makhluk kepada-Nya. Sehingga, Din Al-Islam berarti sebuah sitem yang mengatur kepatuhan setiap makhluk kepada Allah, Rabb Semesta Alam
Jika dikhususkan kepada manusia, Din Al-Islam adalah sistem kepatuhan dan ketaatan manusia (muslim) kepada hukum Allah yang diwahyukan kepada setiap Nabi dan Rasul yang diutus-Nya pada setiap bangsa dan zaman yang berbeda-beda sepanjang sejarah peradaban manusia. Sejak dahulu, kini dan masa datang, Din Al-Islam tidak pernah berubah dan berganti. Inilah makna muslim secara substansial, bukan makna formal dan identitas sosial yang hanya disematkan kepada mereka yang beragama Islam generasi pengikut Nabi Muhammad, Karena istilah Islam dan Muslim sudah ada jauh sebelum sebelum kenabian Muhammad
Semua Nabi dan Rasul Allah adalah seorang muslim yang menjadikan Din Al-Islam sebagai sistem yang mengatur hidup dan kehidupan ummat manusia. Tidak ada Nabi dan Rasul Allah yang tidak ber-Din Al-Islam atau non-muslim, Semuanya adalah muslim. Al-Quran , misalnya, menyebut Nabi Ibrahim dan anak cucunya dengan sebutan muslimun (jamak dari kata muslim) yang berarti orang-orang yang tunduk patuh; berserah diri.
Silahkan perhatikan penegasan Allah dalam beberapa ayat di bawah ini:
1. Nabi Ibrahim dan anak cucunya adalah orang muslim seperti ditegaskan dalam Surat Al-Baqarah [2] ayat 128
رَبَّنَا وَاجۡعَلۡنَا مُسۡلِمَيۡنِ لَـكَ وَ مِنۡ ذُرِّيَّتِنَآ اُمَّةً مُّسۡلِمَةً لَّكَ وَاَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبۡ عَلَيۡنَا ۚ اِنَّكَ اَنۡتَ التَّوَّابُ الرَّحِيۡمُ
Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang berserah diri kepada-Mu, (jadikanlah) dari keturunan kami umat yang berserah diri kepada-Mu, tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan ibadah, dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang
2. Nabi Yusuf putra Nabi Yakub dalam doanya untuk menjadi seorang muslim selama hidupnya dalam Surat Yusuf [12] ayat 101
وَلَمَّا جَآءَهُمۡ رَسُوۡلٌ مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰهِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَهُمۡ نَبَذَ فَرِيۡقٌ مِّنَ الَّذِيۡنَ اُوۡتُوا الۡكِتٰبَۙ کِتٰبَ اللّٰهِ وَرَآءَ ظُهُوۡرِهِمۡ كَاَنَّهُمۡ لَا يَعۡلَمُوۡنَ
Tuhanku, sungguh Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kekuasaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian takwil mimpi. (Wahai Tuhan) pencipta langit dan bumi, Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat. Wafatkanlah aku dalam keadaan muslim dan gabungkanlah aku dengan orang-orang saleh.”
3. Penegasan Nabi Musa kepada kaumnya untuk menjadi muslim yang sejati , seperti tertuang dalam Surat Yunus [10] ayat 84
وَقَالَ مُوۡسٰى يٰقَوۡمِ اِنۡ كُنۡتُمۡ اٰمَنۡتُمۡ بِاللّٰهِ فَعَلَيۡهِ تَوَكَّلُوۡاۤ اِنۡ كُنۡتُمۡ مُّسۡلِمِيۡنَ
Musa berkata, “Wahai kaumku, jika kamu sungguh-sungguh beriman kepada Allah, bertawakallah hanya kepada-Nya apabila kamu benar-benar orang-orang muslim (yang berserah diri kepada Allah)
4. Penamaan Muslim juga diberikan Allah kepada Nabi Isa dan para pengikutnya, seperti tertera dalam Surat ‘Ali-Imran [3] ayat 52
فَلَمَّاۤ اَحَسَّ عِيۡسٰى مِنۡهُمُ الۡكُفۡرَ قَالَ مَنۡ اَنۡصَارِىۡۤ اِلَى اللّٰهِؕ قَالَ الۡحَـوَارِيُّوۡنَ نَحۡنُ اَنۡصَارُ اللّٰهِۚ اٰمَنَّا بِاللّٰهِۚ وَاشۡهَدۡ بِاَنَّا مُسۡلِمُوۡنَ
Ketika Isa merasakan kekufuran mereka (Bani Israil), dia berkata, “Siapakah yang akan menjadi penolongku untuk (menegakkan sistem) Allah?” Para hawari (sahabat setianya) menjawab, “Kamilah penolong (Din) Allah. Kami beriman kepada Allah dan saksikanlah sesungguhnya kami adalah orang-orang muslim
5. Penamaan muslim sudah ada sejak zaman dahulu dan juga generasi Nabi Muhammad sama seperti ditegaskan dalam surat Al-Hajj [22] ayat 78
وَجَاهِدُوۡا فِى اللّٰهِ حَقَّ جِهَادِهٖؕ هُوَ اجۡتَبٰٮكُمۡ وَمَا جَعَلَ عَلَيۡكُمۡ فِى الدِّيۡنِ مِنۡ حَرَجٍؕ مِلَّةَ اَبِيۡكُمۡ اِبۡرٰهِيۡمَؕ هُوَ سَمّٰٮكُمُ الۡمُسۡلِمِيۡنَ ۙ مِنۡ قَبۡلُ وَفِىۡ هٰذَا لِيَكُوۡنَ الرَّسُوۡلُ شَهِيۡدًا عَلَيۡكُمۡ وَتَكُوۡنُوۡا شُهَدَآءَ عَلَى النَّاسِ ۖۚ فَاَقِيۡمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَاعۡتَصِمُوۡا بِاللّٰهِؕ هُوَ مَوۡلٰٮكُمۡۚ فَنِعۡمَ الۡمَوۡلٰى وَنِعۡمَ النَّصِيۡرُ
Berjuanglah kamu pada (jalan) Allah dengan sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan tidak menjadikan kesulitan untukmu dalam ber-Dien. (Ikutilah) Din nenek moyangmu, yaitu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamakan kamu orang-orang muslim sejak dahulu dan
(begitu pula) dalam (kitab) ini (Al-Qur’an) agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas dirimu dan agar kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia. Maka, tegakkanlah salat, tunaikanlah zakat, dan berpegang teguhlah pada (ajaran) Allah. Dia adalah pelindungmu. Dia adalah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.
Dari penjelasan dan penegasan beberapa firman Allah diatas maka gugurlah doktrin yang mengatakan bahwa Islam adalah Din terakhir dan paling sempurna yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang berbeda dengan Din para Nabi dan Rasul Allah sebelumnya. Gugur pula doktrin yang mengatakan bahwa ummat muslim adalah ummat yang beriman kepada Rasulullah Muhammad SAW saja, selain itu adalah non-muslim.
Demikian pula gugurlah doktrin yang mengatakan bahwa setiap para Rasul Allah membawa ajaran yang baru dan berbeda dengan apa yang dibawa oleh para rasul Allah sebelumnya. Termasuk dengan syariat (hukum) yang dikerjakan oleh mereka adalah syariat yang berbeda antara satu rasuldengan yang lainnya.
Secara prinsip, hukum Allah adalah adalah satu sistem aturan hukum yang di dalamnya terhimpun seluruh aspek yang mengatur kehidupan manusia, baik hubungannya dengan Allah, Sang Pencipta manusia, maupun hubungan antara sesame manusia dan hubungannya dengan alam sekitarnya. Keberadaan hukum Allah dalam Kitab Suci (Taurat, Injil dan Al-Quran) yang disyariatkan-Nya harus dipahami sebagai satu mata rantai misi risalah Allah yang berkesinambungan dan tak pernah dipertentangkan seperti yang tertuang dalam Surat Asy-Syura [42] ayat 13.
Dari penjelasan di atas, jelas sekali bahwa istilah muslim bukanlah istilah eksklusif bagi generasi Rasulullah Muhammad SAW semata, tetapi juga kepada seluruh Nabi dan Rasul Allah sebelumnya. Untuk itulah, setiap orang beriman tidak boleh membeda-bedakan keimanannya kepada para Rasul dan Kitab-kitab-Nya seperti ditegaskan dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah [2] ayat 136 berikut ini:
قُوۡلُوۡٓا اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَمَآ اُنۡزِلَ اِلَيۡنَا وَمَآ اُنۡزِلَ اِلٰٓى اِبۡرٰهٖمَ وَاِسۡمٰعِيۡلَ وَاِسۡحٰقَ وَيَعۡقُوۡبَ وَ الۡاَسۡبَاطِ وَمَآ اُوۡتِىَ مُوۡسٰى وَعِيۡسٰى وَمَآ اُوۡتِىَ النَّبِيُّوۡنَ مِنۡ رَّبِّهِمۡۚ لَا نُفَرِّقُ بَيۡنَ اَحَدٍ مِّنۡهُمۡ وَنَحۡنُ لَهٗ مُسۡلِمُوۡنَ
Katakanlah (wahai orang-orang yang beriman), “Kami beriman kepada Allah, pada apa yang diturunkan kepada kami, pada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya‘qub dan keturunannya, pada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa, serta pada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan (hanya) kepada-Nya kami berserah diri.”
Bahkan istilah muslim seperti telah dibahas sebelumnya, tidak hanya disandarkan kepada manusia semata, tetapi juga kepada setiap makhluk yang ada di alam semesta ini yang senantiasa tunduk patuh (aslama) kepada sistem hukum-Nya, baik secara suka rela maupun terpaksa. Seperti dalamSurat Ali-‘Imran [3] ayat 83.
Dalam Surat Ali-‘Imran Ayat 83 mengandung penegasan Allah bahwa di antara ummat manusia masih banyak yang lebih condong atau mencari sistem hidup jahiliyah (yang batil) di luar sistem hidup yang sudah diberikan oleh Allah, Yakni sistem Islam; sistem kepatuhan kepada-Nya. Ayat tersebut juga ingin mengajak manusia untuk berpikir dan melihat alam sekitar, dimana semua makhluk ciptaan-Nya baik di langit maupun yang di bumi, telah aslama (tunduk patuh; berserah diri; muslim) kepada sistem ciptaan-Nya yang benar
Istilah Islam atau Muslim memiliki makna universal, berlaku bagi siapa saja yang tunduk patuh (aslama) pada sistem hukum Allah (Din Al-Islam) sejak zaman dahulu (Nabi Adam) hingga kini. Ayat-ayat Al-Quran membuktikan adanya satu Din (sistem hidup dan kehidupan) ciptaan Allah yang ditaati oleh semua makhluk. Kepatuhan pada sistem Allah disebut Al-Islam, baik yang ada pada alam semesta maupun yang tertulis dalam Kitab Suci. Dalam Injil, Yesus (Nabi Isa) mengajarkan sikap tunduk patuh atau berserah diri. Dengan kata lain, Yesus mengajarkan Din Al-Islam kepada kehendak dan perintah Allah. Terlihat dalam ayat-ayat berikut:
1. “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.”(Matius 7:21)
2. “Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.” (Yohanes 5:30)
Allah menegaskan bahwa sesungguhnya Din (sistem hukum) yang diridai oleh Allah hanyalah Din Al-Islam (sistem kepatuhan dan kepasrahan kepada hukum Allah).
Perhatikan Al-Quran Surat Ali-‘Imran [3] ayat 19
“Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orangorang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang ingkar terhadap ayatayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.”
Dengan demikian, makna sejati Din Al-Islam adalah sistem kepatuhan dan ketundukan makhluk (khususnya manusia) kepada hukum Allah yang diajarkan-Nya kepada setiap Nabi dan Rasul yang diutus-Nya pada setiap bangsa sepanjang sejarah manusia. Din Al-Islam adalah sistem yang tidak pernah berubah, baik dalam hal Aqidah (iman) maupun syariat (hukum).
Konten: Reuven
Penulis: Yama
Editor tulisan: Rein