Pembukaan Olimpiade Paris yang baru saja berlangsung telah menuai berbagai kontroversi. Banyak yang melihat acara yang diotaki oleh Thomas Jolly ini sebagai manifestasi dari budaya “woke” yang semakin dominan, bahkan ada yang merasa bahwa acara ini mengolok-olok kaum Kristiani, salah satunya dengan mengangkat tema yang mirip dengan “Last Supper” namun dengan parodi. Fenomena ini mengingatkan kita pada kisah-kisah dalam Taurat, Injil, dan Al-Quran tentang kehancuran moral dan spiritual seperti yang terjadi pada kaum Sodom dan Gomora, serta zaman jahiliyah.
Dalam Taurat, khususnya Kitab Kejadian, kita menemukan kisah tentang Sodom dan Gomora, dua kota yang dikenal karena kerusakan moralnya. Tuhan memutuskan untuk menghancurkan kota-kota tersebut sebagai hukuman atas dosa-dosa mereka. Kejadian 19:24-25 menulis, “Kemudian Tuhan menurunkan hujan belerang dan api dari Tuhan, dari langit; dan Dia menghancurkan kota-kota itu, seluruh lembah, semua penduduk kota, dan tumbuh-tumbuhan di tanah.” Pembukaan Olimpiade Paris yang menyiratkan budaya woke dan seolah mengolok-olok keyakinan Kristiani bisa dilihat sebagai refleksi dari kerusakan moral serupa. Menggunakan simbol-simbol suci dalam konteks yang merendahkan tidak hanya menyakiti perasaan umat Kristiani tetapi juga mencerminkan kemerosotan nilai-nilai etika dan moral dalam masyarakat kita.
Dalam Perjanjian Baru, Yesus Kristus berbicara tentang zaman akhir dan kehancuran moral yang akan melanda dunia. Dalam Lukas 17:28-30, Yesus mengatakan, “Demikian juga seperti yang terjadi pada zaman Lot: mereka makan, minum, membeli, menjual, menanam, dan membangun, tetapi pada hari Lot keluar dari Sodom, turunlah hujan api dan belerang dari langit dan membinasakan mereka semua. Demikianlah halnya kelak pada hari, di mana Anak Manusia menyatakan diri-Nya.” Injil juga mencatat pentingnya mempertahankan moralitas dan keimanan. Dalam 2 Timotius 3:1-5, Paulus menulis tentang tanda-tanda akhir zaman: “Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri. Mereka akan menjadi penghina, pemberontak terhadap orang tua, tidak tahu berterima kasih, tidak memedulikan agama, tidak mengenal kasih, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat menguasai diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu daripada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakikatnya mereka memungkiri kekuatannya.”
Dalam Al-Quran, kisah tentang kaum Luth (Lot) juga memberikan pelajaran penting tentang akibat dari perbuatan amoral. Surah Al-A’raf ayat 80-84 menggambarkan bagaimana kaum Luth dihukum karena tindakan homoseksualitas dan kerusakan moral lainnya. Ayat 84 berbunyi, “Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu.” Al-Quran secara tegas mengingatkan umat manusia tentang pentingnya menjaga moralitas dan etika. Pembukaan Olimpiade Paris yang dipenuhi dengan simbolisme woke dan dianggap merendahkan nilai-nilai hanya menunjukkan bahwa kita sedang mengulangi kesalahan yang sama seperti yang dilakukan oleh kaum Luth dan penduduk Sodom dan Gomora. Ini adalah tanda bahwa kita harus segera kembali kepada jalan yang benar sebelum hukuman Tuhan menimpa kita.
Dalam konteks sejarah, zaman jahiliyah merujuk pada masa sebelum datangnya Islam ketika masyarakat Arab hidup dalam kebodohan dan kemerosotan moral. Mereka menyembah berhala, memperlakukan wanita dengan buruk, dan melakukan berbagai bentuk kezaliman dan ketidakadilan. Nabi Muhammad SAW diutus untuk membawa cahaya dan petunjuk, mengeluarkan mereka dari kegelapan jahiliyah.
Pembukaan Olimpiade Paris yang secara lantang dan gamblang mempromosikan woke hal-hal yang sangat jauh dari perspektif ajaran teologis ini seakan membuat kita wake bahwa memang benar hari ini dunia sedang berada di titik nadir terendah khususnya bila berbicara moralitas. Kontroversi seputar pembukaan Olimpiade Paris mencerminkan konflik yang lebih besar antara budaya modern dan nilai-nilai tradisional. Dengan meninjau kembali kisah-kisah dalam Taurat, Injil, dan Al-Quran, kita diingatkan akan pentingnya mempertahankan moralitas dan keimanan. Jika tidak, kita mungkin akan menghadapi konsekuensi yang sama dengan yang dialami oleh masyarakat terdahulu yang mengabaikan ajaran-ajaran spiritual mereka.
Ketika kita merenungkan pembukaan Olimpiade ini, mari kita berusaha untuk memahami dan mengamalkan nilai-nilai yang telah diajarkan oleh kitab-kitab suci, serta menjaga agar tidak terjerumus dalam kemunduran moral yang telah menghancurkan masyarakat di masa lalu. Dengan adanya budaya woke kita justru harus wake!
Tulisan & Konten: Abqurah