Kaum Ortodoks gereja membangun keyakinan agama Kristen berdasarkan penyaliban Yesus. Mereka percaya bahwa kematian Yesus di tiang salib adalah kehendak Tuhan untuk menebus dosa manusia. Menurut ajaran ini, pengorbanan darah Yesus menghapuskan syariat kurban hewan karena Yesus telah menanggung dosa seluruh umat manusia.
Doktrin ini telah diajarkan selama dua ribu tahun tanpa banyak pertanyaan. Namun, pakar Kristen setelah masa Pencerahan mulai membuktikan bahwa doktrin ini tidak sepenuhnya benar. Sayangnya, penemuan mereka belum banyak dikenal oleh umat Kristen secara luas. Menurut para pakar, jika hal ini dipahami, struktur keyakinan gereja Ortodoks bisa runtuh.
Tindakan Herodes Agung, yang memerintahkan pembunuhan semua bayi di Bethlehem, dipicu oleh berita kelahiran seorang Raja Israel yang diramalkan oleh ahli Taurat. Dari sinilah kita dapat memahami mengapa Herodes dan Pilatus menyalib Yesus. Penyaliban Yesus lebih terkait dengan politik Romawi, bukan bagian dari ajaran Yesus sendiri.
Lihat Matius 2:16: “Maka Herodes, ketika menyadari bahwa ia telah diperdaya oleh orang-orang majus itu, menjadi sangat marah. Ia memerintahkan untuk membunuh semua anak laki-laki di Bethlehem dan sekitarnya yang berumur dua tahun ke bawah.”
Yesus juga dituduh membawa perpecahan dalam keluarga. Dalam Matius 10:37-39, Yesus berkata: “Barangsiapa mengasihi ayah atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa memikul salibnya dan mengikuti Aku, ia akan mendapatkan hidup.”
Pernyataan ini bukanlah ajaran Yesus pribadi, tetapi mencerminkan prinsip pemisahan yang berasal dari Allah Abraham. Abraham meninggalkan keluarganya demi Allah, menunjukkan kecintaan yang total kepada-Nya.
Yesus tidak hanya mengajarkan agama dengan ritual seperti doa atau kurban hewan. Dia meminta pengikutnya untuk memikul salib, simbol ujian dan pengorbanan total. Ini menunjukkan bahwa Yesus bukan sekadar guru agama biasa.
Ketika diminta menunjukkan mukjizat, Yesus berkata bahwa satu-satunya tanda adalah tanda Nabi Yunus. Lihat Matius 12:38-40: “Tidak ada tanda yang akan diberikan selain tanda Nabi Yunus.”
Mukjizat yang dilakukan Yesus bukanlah penyembuhan fisik, tetapi penyembuhan rohani. Yesus mengajarkan pentingnya pertobatan Israel menjelang kedatangan Kerajaan Allah. Dalam Yohanes 11:45-53, para pemimpin Yahudi merasa terancam oleh ajaran Yesus dan bersekongkol untuk menyingkirkannya.
Ketika menghadapi penyaliban, Yesus berdoa kepada Allah. Doanya di tiang salib: “Eli, Eli, lama sabakhtani!” (Matius 27:46) — “Tuhanku, Tuhanku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” menunjukkan bahwa Yesus merupakan Utusan dan sedang menghadapi sebuah ujian.
Penyaliban ini merupakan ujian Allah, seperti ujian Abraham ketika diminta mengorbankan anaknya. Namun, seperti Abraham yang tidak jadi membunuh anaknya, Allah juga menolong Yesus dari kematian.
Pengorbanan total adalah syarat untuk menjadi umat yang dicintai Allah. Ajaran Yesus bukan tentang ritual belaka, tetapi tentang ketaatan dan kecintaan yang penuh kepada Allah, melaksanakan kehendak dan rencana Allah, Sang Tuan dari Semesta Alam, termasuk menegakkan hukum-Nya.