Kebakaran besar yang melanda Los Angeles meninggalkan luka yang mendalam. Si Jago Merah merongrong bak pintu gerbang neraka Inferno. Ribuan infrastruktur terbakar, kerugian mencapai miliaran dolar, dan nyawa manusia melayang. Tetapi, di balik semua ini, ada pertanyaan yang muncul: apakah bencana ini bisa kita anggap sebagai peringatan atas sikap dunia, termasuk sikap sebagian orang di Los Angeles, terhadap keadilan di Palestina?
Kita tahu, Los Angeles adalah salah satu kota dengan pengaruh politik dan budaya besar di Amerika Serikat. Banyak warga, tokoh, hingga politisi di sana yang secara aktif mendukung kebijakan yang mendiskriminasi rakyat Palestina. Bahkan, mereka secara terbuka menolak gencatan senjata dan tetap berpihak pada tindakan yang melukai banyak nyawa tak berdosa. Ketika dunia menyerukan penghentian serangan ke Gaza, justru dorongan besar dari para influencer di kota ini yang menolak langkah damai.
Dalam Al-Qur’an, Allah mengingatkan:
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS. Al-Isra: 16).
Begitu juga dalam Alkitab, tertulis:
“Celakalah kamu yang menimbun harta dan menganiaya orang-orang miskin! Karena kamu telah menyulut murka Tuhan.” (Amsal 22:16).
Orang yang mendukung ketidakadilan, apalagi yang menyakitkan mereka yang lemah seperti rakyat Palestina, mungkin berpikir tindakan mereka tidak akan berdampak. Tetapi, hukum alam dan Tuhan tidak bisa dipermainkan. Kebakaran ini mungkin hanya bencana alam, tetapi bukankah bencana sering kali mengingatkan manusia untuk kembali kepada nilai-nilai keadilan?
Ketidakadilan yang terjadi di Palestina bukan sekadar konflik politik, melainkan persoalan kemanusiaan. Ketika ribuan anak kehilangan keluarga, rumah, dan masa depan, mendukung ketidakadilan seperti itu adalah bentuk kedurhakaan terhadap nilai-nilai Tuhan, nilai kebenaran yang hakiki.
Apakah kebakaran Los Angeles ini azab? Itu hanya Tuhan yang tahu. Namun, yang jelas, ini saatnya kita merenung. Sebagai manusia, apakah kita sudah cukup membela yang benar? Ataukah kita justru diam, atau bahkan mendukung kebatilan?
Sebagaimana firman Allah:
“Hai manusia, sesungguhnya janji Allah itu benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu.” (QS. Fatir: 5).
Mari kita jadikan kebakaran ini sebagai pengingat, bahwa hidup bukan soal kekuatan atau kekayaan, tetapi tentang keberpihakan kepada kebenaran dan keadilan. Api yang membakar hutan dan kota menjadi peringatan sebelum kita benar-benar kehilangan semua.
Tulisan: Abqurah