Bangsa yang paling sering diulang dalam Al-Quran adalah Bangsa Nabi Musa, yaitu Bani Israel, yang berhubungan erat dengan kisah Firaun. Kisah ini sangat banyak disebutkan sebagai pelajaran bagi umat manusia, mengingat pentingnya pesan yang terkandung dalam perjalanan risalah Nabi Musa.

Firaun menganggap dirinya sebagai “Rabb” atau pengatur, dalam pengertian sebagai pemimpin tertinggi yang memiliki kekuasaan absolut atas segala hal di Mesir.

Penggunaan kata “Rabb” dalam konteks ini merujuk pada klaim Firaun bahwa dirinya adalah satu-satunya yang berkuasa dan mengatur segala urusan dalam kerajaan Mesir. Dalam bahasa Arab, kata “Rabb” biasanya berarti yang mengatur, memelihara, dan memberi kehidupan kepada segala sesuatu. Namun, Firaun secara angkuh mengklaim gelar tersebut untuk dirinya sendiri, menggambarkan betapa besar kesombongannya.

Diungkapkan dalam surah An-Nazi’at ayat 24: 

“Firaun berkata, “Aku adalah Tuhanmu yang paling tinggi.”

Dalam ayat ini, Firaun menyatakan dirinya sebagai pengatur tertinggi, bahkan atas nasib setiap orang di kerajaan Mesir.

Kesombongan dan klaim dirinya sebagai pengatur tertinggi inilah yang akhirnya membawa kepada kehancuran kekuasaannya. Allah menurunkan azab yang menghancurkan Firaun dan pasukannya sebagai pembalasan atas penindasan dan penentangannya terhadap wahyu Allah.

Firaun menganggap dirinya sebagai Rabb dan menindas Bani Israel, memperlakukan mereka sebagai budak, serta memerintahkan pembunuhan terhadap “bayi laki-laki”. Penindasan ini menggambarkan kekejaman rezim Firaun yang menghalangi munculnya pemimpin baru yang bisa membawa perubahan. Dalam konteks ini, pembunuhan bayi laki-laki dimaknai sebagai usaha untuk mengekang potensi kepemimpinan yang diidentikkan dengan “laki-laki”.

Allah mengutus Nabi Musa untuk membawa Bani Israel keluar dari penindasan ini dan menyampaikan wahyu-Nya. Namun, Firaun terus menentang ajaran Nabi Musa, bahkan dengan angkuh menantang kekuasaan Allah. Al-Quran berulang kali menggambarkan bagaimana Firaun, yang memiliki kekuasaan besar, tetap menolak kebenaran dan melawan perintah Allah, sehingga akhirnya menerima azab yang menghancurkan kerajaannya

Dalam Al-Quran, Firaun disebutkan sebanyak 74 kali, sedangkan nama Musa disebutkan 136 kali. Kisah mengenai bangsa Firaun dan Bani Israel ini sering diulang karena mengandung pesan moral yang sangat penting. Kisah ini menggambarkan perjuangan Nabi Musa dalam menghadapi penentangan, serta bagaimana kebatilan akhirnya dihancurkan oleh Kebenaran

Penulis: Gwen 

Editor: Reine 

Konten: Reuven

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *