Teodisi secara harfiah berarti “keadilan Tuhan”. Dalam pemikiran filsafat dan keagamaan, teodisi adalah upaya menjawab pertanyaan:
“Kalau Tuhan itu Maha Baik dan Maha Kuasa, kenapa masih ada kejahatan dan penderitaan di dunia?”

Pertanyaan ini muncul dari kenyataan hidup yang kita lihat sehari-hari:

• Kenapa ada orang jahat? 

• Kenapa orang baik bisa sakit?

• Kenapa ada bencana alam? 

Di tengah kehidupan yang penuh kekerasan, kesenjangan, dan ketidakadilan, wajar jika banyak orang bertanya-tanya: Di mana peran Tuhan dalam semua ini? Tapi penting bagi kita untuk mencoba memahami dari berbagai sudut pandang yang ditawarkan oleh keyakinan dan akal budi.

1. Tuhan Memberi Kebebasan

Tuhan menciptakan manusia dengan kehendak bebas, artinya manusia diberi kemampuan untuk memilih: ingin berbuat baik atau jahat. Banyak kejahatan di dunia bukan karena Tuhan menghendakinya, tapi karena pilihan manusia sendiri. Manusia tidak bisa lepas dari konsekuensi atas pilihan dan tindakannya. Apa yang manusia pilih dan lakukan akan berdampak pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

 Allah berfirman:

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”

(QS. Ar-Ra’d: 11)

2. Penderitaan Sebagai Ujian 

Penderitaan dan kesulitan hidup bisa jadi adalah ujian, seperti halnya guru yang menguji murid, bukan karena membenci, melainkan ingin muridnya naik kelas. Ujian itu bisa mengasah karakter dan membuat manusia lebih kuat dan bijaksana.

“Emas diuji dengan api, manusia diuji dengan kesulitan.”

 “Pelangi datang setelah hujan.”

“Tidak ada gunung tanpa lembah.”

Maknanya: dari kesulitan sering muncul kekuatan, pelajaran, dan harapan baru.

3. Bagian dari Rencana yang Lebih Besar 

Kadang, hal buruk terjadi tapi kita tidak langsung bisa melihat maknanya. Seperti potongan puzzle: satu per satu membingungkan, tapi jika digabungkan akan membentuk gambar yang indah.  

Sama seperti: 

“Kalau siang terus, tidak akan ada istilah malam.”

Artinya: Kita mengenal terang karena ada gelap. Kita bisa bersyukur atas kebaikan karena pernah merasakan kesulitan. 

Coba perhatikan kehidupan hari ini. Pertikaian muncul di mana-mana. Berita tentang pencurian, kekerasan, dan ketidakadilan terus terdengar. Nilai-nilai seperti kasih sayang, kepedulian, dan kemanusiaan semakin langka.

Mengapa semua ini terjadi? Salah satu jawabannya adalah karena manusia telah jauh dari nilai nilai kebaikan. Sikap dan tindakan manusia dipengaruhi oleh apa yang mereka lihat, dengar, dan pahami. Jika yang mereka serap adalah keburukan, maka keburukan pula yang akan mereka pancarkan.

Padahal, Allah tidak pernah menzalimi manusia:

 “Sesungguhnya Allah tidak menzalimi manusia sedikit pun, tetapi manusia itulah yang menzalimi diri mereka sendiri.”

(QS. Yunus: 44)

Akal diberikan kepada manusia sebagai alat berpikir. Tapi akal harus didampingi oleh ilmu, terutama ilmu yang bersumber dari wahyu Allah. Jika manusia menjauhi ilmu dan petunjuk Nya, maka ia akan tersesat dan menjauh dari kebaikan. 

Penderitaan di dunia ini memang nyata. Tapi bukan berarti Tuhan tidak peduli. Justru lewat penderitaan, manusia diingatkan untuk kembali kepada-Nya, memperbaiki diri, dan membentuk dunia yang lebih adil dan damai


Penulis: Yama & Abqurah

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *