Kitab suci; baik Al-Qur’an, Taurat, maupun Injil merupakan sumber literasi ilahi yang paling nyata. Ketiganya bukan sekadar teks, melainkan catatan perjalanan spiritual para utusan Allah yang diabadikan untuk menjadi pelajaran bagi umat manusia yang mau mempelajari dan mengamalkannya. Kitab-kitab ini berisi kumpulan ayat-ayat yang tidak hanya memiliki eksistensi sebagai bacaan, tetapi juga mengandung esensi yang dalam dan membentuk panduan hidup.
Dalam kitab-kitab suci, ayat-ayat yang disampaikan dapat dikelompokkan menjadi dua jenis besar:
1 . Ayat-ayat yang dapat dipahami secara langsung, dengan bahasa yang jelas dan lugas.
2. Ayat-ayat amsal, yakni ayat-ayat yang menggunakan perumpamaan atau alegori, membutuhkan pemahaman khusus untuk menangkap maknanya.
A . Gaya Bahasa Redaksi Al-Qur’an
Dalam memahami Al-Qur’an, sebelum kita menelaah kandungan teksnya, penting untuk mengenal terlebih dahulu gaya bahasa yang digunakan dalam penyampaiannya. Allah menggunakan struktur bahasa yang khas, seperti yang dijelaskan dalam QS Ali ‘Imran (3:7):
Muhkamat (محكمت): Ayat-ayat yang menjadi pokok isi Al-Qur’an. Ayat-ayat ini disampaikan dengan gaya bahasa yang jelas, seringkali berhubungan dengan hukum dan syariat yang praktis dalam kehidupan.
Mutasyabihat (متشبهت): Ayat-ayat yang disamarkan, sehingga makna terdalamnya tidak mudah diungkapkan secara langsung. Ta’wil terhadap ayat-ayat ini hanya bisa dipahami oleh orang-orang berakal yang diberi petunjuk oleh Allah, sebagaimana disinggung dalam QS Yunus (10:100).
Mutasyabihat mengandung perumpamaan (dhorobul amtsal) yang mengajak pembaca untuk merenung lebih dalam. Contohnya dapat dilihat dalam QS Ibrahim (14:24–25), di mana Allah mengumpamakan seorang mukmin dengan pohon yang baik: berakar kuat dan menjulang ke langit, memberikan buah di setiap musim.
Setelah memahami gaya bahasa Al-Qur’an, penting juga memahami cakupan tematik kitab ini. Al-Qur’an bukanlah buku yang membahas segala hal secara luas, melainkan berfokus pada satu tema utama: penegakan Dien (hukum Allah) dalam kehidupan sosial.
Hal ini ditegaskan dalam QS Yusuf (12:111), yang menjelaskan bahwa kisah-kisah nabi dan rasul disampaikan bukan sekadar untuk hiburan, tetapi untuk mengambil pelajaran tentang perjuangan menegakkan Dien. Penegasan batasan ini juga dinyatakan dalam QS At-Taubah
(9:33), bahwa Allah mengutus Rasul-Nya dengan membawa:
Huda: Petunjuk berupa teori (Kitabullah) dan praktik aplikatif (Sunnah Rasul).
Dienul Haq: Hukum Allah yang teruji kebenarannya dan berlaku bagi seluruh makhluk di alam semesta.
Tujuan dari diutusnya para rasul adalah untuk membangun peradaban harmonis yang menggantikan kondisi sosial yang rusak — seperti pergantian malam kepada siang. Inilah jalan keselamatan yang Allah siapkan bagi umat manusia.
Dengan memahami batasan tema ini, kita mengerti mengapa sekitar 75% dari isi Al-Qur’an adalah kisah perjalanan yang berhasil dari para juru selamat terdahulu. Kesuksesan tersebut disampaikan dengan gaya mutasyabihat. Allah menggunakan bahasa perumpamaan untuk memberikan petunjuk kepada hamba-hamba yang konsisten dalam mencari kebenaran, dan sebaliknya, menjadi sebab kesesatan bagi mereka yang membangkang
Dalam QS Al-Furqan (25:52) ditegaskan, bahwa jihad terbesar dalam menegakkan Dien bukan melalui kekerasan fisik, melainkan melalui hujjah (argumentasi) yang bersumber dari Al-Qur’an. Inilah bentuk jihad yang mulia: mengembalikan manusia kepada fitrahnya tanpa kekerasan, tanpa terkontaminasi oleh kedengkian atau rekayasa dari Dien yang bathil.
Sistematika penyampaian yang rapi dalam Al-Qur’an bukan hanya memudahkan pemahaman manusia, melainkan juga menjadi bagian dari cara Allah menjaga kemurnian kitab ini — sebuah keajaiban tersendiri yang terus terjaga hingga hari ini, bahkan setelah ribuan tahun sejak diturunkannya wahyu.
Keistimewaan ini, yakni penggunaan bahasa perumpamaan dalam penyampaian wahyu, juga ada di kitab suci sebelumnya. Tidak berbeda jauh dengan Al-Qur’an, Alkitab — khususnya bagian Perjanjian Lama — juga kaya akan penggunaan amsal sebagai media penyampaian hikmat ilahi. Salah satu kitab yang secara khusus memuat kumpulan amsal adalah Kitab Amsal (Book of Proverbs) yang tradisinya dinisbatkan kepada Raja Salomo (Sulaiman), seorang nabi yang terkenal karena kebijaksanaannya.
Dalam Alkitab, amsal adalah pernyataan-pernyataan singkat yang mengandung prinsip moral, etika, dan kebijaksanaan hidup. Amsal disusun dalam bentuk kalimat padat yang mengandung makna luas, dan seringkali membutuhkan perenungan untuk memahami kedalaman pesannya.
Misalnya dalam Amsal 1:7 disebutkan:
“Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.”
Amsal ini tidak hanya menyampaikan ajaran tentang pentingnya hubungan dengan Tuhan, tetapi juga menggambarkan struktur kehidupan manusia yang harus berakar pada rasa hormat kepada Sang Pencipta.
Selain dalam Kitab Amsal, bentuk-bentuk perumpamaan juga banyak digunakan oleh Yesus dalam Injil, yang disebut dengan istilah perumpamaan (parables). Melalui perumpamaan, Yesus mengajarkan kebenaran-kebenaran besar tentang Kerajaan Allah dengan menggunakan ilustrasi kehidupan sehari-hari yang sederhana, namun sarat makna.
Contoh perumpamaan terkenal dalam Injil adalah Perumpamaan tentang Penabur (Matius 13:3–9), di mana Yesus menggambarkan respons manusia terhadap firman Tuhan melalui gambaran tentang biji-biji yang jatuh di berbagai jenis tanah.
Dengan demikian, baik dalam Alkitab maupun Al-Qur’an, penggunaan amsal dan perumpamaan bukanlah sekadar ornamen sastra, tetapi merupakan metode ilahi untuk menyampaikan kebenaran hakiki dalam bentuk yang mudah dicerna namun penuh kedalaman bagi mereka yang mau merenung.
Maka, mari kita terus memperdalam pemahaman terhadap ayat-ayat suci, dengan pikiran yang bersih terbebas dari kemusyrikan dan niat yang tulus, agar hidup kita menjadi pantulan dari cahaya petunjuk yang sejati. Jangan jadikan kitab suci hanya sebagai mesin penghasil pahala tapi jadikan lah kitab suci menjadi pedoman pembimbing hidup.
Dengan pemahaman ini, kita akan melangkah lebih jauh, menyelami satu per satu nada dalam Simfoni Perumpamaan — sebuah perjalanan mengungkap makna-makna tersembunyi di beberapa bahasa amsal. Setiap amsal adalah satu irama yang membawa pesan Sang Khalik, menuntun jiwa kita mendekat kepada sumber segala kebenaran. Selamat datang di Simfoni Perumpamaan, sebuah rangkaian perjalanan hati dan akal menuju cahaya petunjuk sejati
Penulis: Abqurah