Sistem komunis lahir dari pemikiran manusia yang melihat realitas sosial, sekaligus menentang sistem materialistis (sosialis-komunis) dan sistem Barat yang menganut paham kapitalis-liberal (atau demokrasi liberal).
Sosialisme sendiri sebenarnya merupakan tahap yang dianggap sebagai jalan menuju komunisme. Sosialisme menekankan penghapusan kesenjangan ekonomi melalui kepemilikan bersama atau kendali negara atas alat-alat produksi, namun masih mengakui adanya negara sebagai pengelola dan pengatur kehidupan ekonomi. Dalam sosialisme, ada ruang bagi kepemilikan pribadi dalam batas tertentu, dan distribusi kekayaan diatur agar lebih merata. Berbeda dengan komunisme yang menargetkan masyarakat tanpa kelas dan tanpa kepemilikan pribadi, sosialisme dianggap sebagai jembatan peralihan menuju kondisi ideal tersebut. Karena itu, dalam banyak sejarah negara, sosialisme menjadi sistem antara yang menggabungkan beberapa prinsip ekonomi kolektif dengan struktur pemerintahan yang tetap ada.
Paham komunis sendiri merupakan ideologi yang mencakup filosofi, sosial, ekonomi, dan politik, dengan tujuan membangun masyarakat komunis. Masyarakat ini diatur berdasarkan kepemilikan bersama atas alat-alat produksi, serta menghapuskan keberadaan kelas sosial. Dalam sistem komunis, negara, atau pihak yang berkuasa menjalankan sistem sentralistik. Faktanya, dalam sistem komunis yang sentralistik ini, kekuasaan tertinggi berada di tangan partai karena menganut sistem satu partai. Akibatnya, negara menjadi sangat dominan, sementara rakyat tidak memiliki banyak hak. Negara atau pemimpin tertinggi diberi kewenangan mengatur seluruh aspek kehidupan, dengan tujuan yang sama, yaitu menciptakan keadilan dan kesejahteraan bersama yang bersifat material.
Komunisme bercita-cita menciptakan kondisi masyarakat yang setara, baik dalam hal materi, keadilan sosial, maupun kecukupan hidup. Kekuasaan komunis yang bersifat sentralistik mengarahkan seluruh sumber daya manusia dan sumber daya alam untuk satu tujuan yang sama: mencapai kesejahteraan dan keadilan secara material. Inilah ciri khas dari sistem komunis atau yang sering disebut sebagai sistem Timur.
Karl Marx dan Lenin kerap disebut sebagai tokoh utama pencetus paham sosialis-komunis. Namun sebenarnya, sistem komunis bukan sepenuhnya ciptaan mereka berdua, melainkan merupakan reinkarnasi dari pemikiran sistem Timur yang sudah ada sejak berabad-abad lalu bahkan sejak zaman Nabi Adam dan kembali berjaya pada era Kerajaan Babilonia dan Media-Persia. Kedua kerajaan besar ini menganut sistem Timur (Blok Timur) yang berseberangan dengan sistem Barat yang dipelopori oleh Kerajaan Yunani dan Romawi (Blok Barat).
Al-Baqarah (2) ayat 177
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَـٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَـٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَـٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur maupun barat. Tetapi kebajikan itu adalah iman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi; memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, musafir, peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya; menegakkan salat; menunaikan zakat; menepati janji bila berjanji; sabar dalam kesulitan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”
Allah menegaskan bahwa baik sistem Timur maupun sistem Barat adalah cara hidup yang sejatinya tidak membawa pada kebajikan (laysal birra). Sistem yang benar-benar membawa pada kebaikan adalah sistem tauhid, yaitu sistem yang berlandaskan iman kepada Allah. Inilah solusi yang Allah tawarkan kepada manusia. Timur memiliki sistem komunis, Barat memiliki sistem liberal, tetapi Allah sebagai Sang Pencipta juga memiliki sistem-Nya sendiri.
Iman kepada Allah berarti juga iman kepada sistem-Nya, yaitu Din al-Islam. Sistem (din) Allah ini hadir sebagai jawaban atas persoalan mendasar yang dihadapi manusia. Artinya, sistem Allah tidak hanya berbicara soal ritual ibadah, tetapi juga mengatur bagaimana dunia ini menjadi dunia yang sesuai fitrah manusia, bukan dunia yang penuh kebatilan. Secara ideologis, Din Allah adalah sistem yang diciptakan oleh Dia yang menciptakan langit, bumi, dan manusia, sekaligus menciptakan aturan kehidupan yang terintegrasi dengan seluruh ciptaan-Nya.
Dalam sistem Allah yang berlandaskan tauhid, tuntutan paling mendasar adalah kesadaran dan pengakuan manusia bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini adalah milik Allah, Sang Pencipta. Langit dan bumi adalah milik-Nya. Dialah yang berkuasa atas semuanya, menghidupkan dan mematikan makhluk-Nya, menyediakan segala sumber rezeki, serta menetapkan aturan dalam mencarinya. Dialah Tuhan semesta alam yang menciptakan manusia dengan beragam jenis kelamin, mensyariatkan hukum pernikahan, serta membuat aturan bagaimana cara manusia mengabdi kepada-Nya.
Secara logis, hanya Allah-lah yang paling memahami seluk-beluk hidup dan kehidupan manusia. Karena itu, Dia pula yang paling berhak menetapkan sistem hukum bagi manusia. Jika manusia mau tunduk dan patuh pada sistem hukum Allah, maka kehidupan di dunia ini pasti akan berjalan sesuai fitrah, penuh keberkahan, serta terwujud kehidupan global yang harmonis, adil, damai, dan sejahtera. Untuk menjalankan sistem iman kepada Allah (sistem tauhid) inilah, manusia dituntut untuk beribadah hanya kepada-Nya.
Penulis: Angkasa
Editor & Konten: Reine