Setiap tanggal 17 Agustus kita merayakan kemerdekaan dengan penuh suka cita. Bendera merah putih berkibar Dimana-mana, lomba-lomba digelar, dan pidato-pidato berapi-api disampaikan oleh banyak pihak. Namun, di balik euforia itu, muncul pertanyaan mendasar yang selalu terulang setiap tahunnya: apakah kita benar-benar sudah merdeka? Kemerdekaan yang saat ini selalu kita gaungkan Adalah kemerdekaan dari perbudakan oleh bangsa lain secara fisik, namun pernah kah kita berpikir bahwa sudahkah kita Merdeka secara penuh dari bentuk perbudakan modern? baik itu perbudakan oleh bangsa lain, bangsa sendiri, ataupun bahkan oleh diri sendiri.
Menurut KBBI sendiri Merdeka memiliki beberapa makna. Secara umum, merdeka berarti bebas dari perhambaan, penjajahan, tuntutan, ikatan, atau ketergantungan pada pihak tertentu. Selain itu, merdeka juga bisa diartikan sebagai berdiri sendiri dan leluasa jadi kita bisa lihat kondisi bangsa kita saat ini apakah sudah masuk kriteria tersebut?
Saat ini mungkin secara fisik kita sudah merasa merdeka karna tidak adanya penjajah dari bangsa lain yang datang ke negri kita dengan mebawa senjata laras panjang, tank,Meriam, ataupun jet tempur dan kita bebas untuk mengibarkan bendera kiita sendiri. Tapi pernahkah kalian berpikir bahwa saat ini penjajahan bukanlah dalam bentuk miliiter saja.
Penjajahan di masa ini bentuknya sangatlah halus sehingga tidak Nampak secara kasat mata, ada hal lain yang menjadi barometer bahwa kita sebenarnya masih berada dalam penjajahan bangsa lain seperti :
1. Ekonomi
Dalam dunia ekonomi negara kita sangat amat tergantung oleh negara besar lainnya baik itu negara dari barat ataupun timur hal ini tergambarkan dari beberapa factor seperti jumlah hutang luar negri kita yang sudah menyentuh angka US$ 430 miliar atau hamper menyetuh angka Rp 7 Ribu Triliun besarnya angka hutang ini menggambarkan bahwa negara ini masih sangat bergantung pada negara lain. Efeknya? Ketergantungan pada hutang luar negeri membuat kedaulatan ekonomi menjadi rapuh. Negara pemberi pinjaman biasanya tidak hanya menagih pembayaran, tetapi juga menyertakan syarat-syarat yang dapat memengaruhi arah kebijakan.
2. Diplomasi Politik
Posisi negri ini dalam kancah politik dunia juga memprihantinkan. Ini bisa diliat dari bagaimana kita menghadapi ancaman pemberlakuan tarif ekspor dari sebuah negara besar kitapun seolah dipaksa seolah untuk tunduk kepada semua permintaan negara adidaya tersebut yang mana permintaanya juga cenderung merugikan kita dalam banyak kebijakan (apakah harus di detailkan kejadian tersebut?) untuk bisa mendapatkan sedikit keringanan dari negara tersebut. Hal ini menjadikan Gambaran bahwa negara ini memiiliiki bargaining power yang rendah di kancah dunia yang menyebabkan negara ini sangat rentan untuk di kendalikan oleh negara adidaya, dengan kata lain bangsa ini seolah tidak memiliki taring diihadapan banga lain.
Selain oleh pihak ekstenal negeri in juga mendapatkan ancaman yang lebih serius, yaitu ancaman dari internalnya sendri yang juga berusaha untuk mengeruk keuntungan pribadi dengan mengorbankan kepentingan banyak orang sehingga masyrakat ataupun alam menjadi korbannya.
Segelintir orang ini lebih sulit di identifikasi karna memiliki Bahasa dan paras yang sama dengan banyak orang lokal sehingga sulit dikenali sebagai “musuh” dan parahnya mereka banyak dari mereka menerima mandat sebagai seorang pemegang kekuasaan publik. Para penjajah model baru ini tidak menjajah menggunakan senjata konvensional tapi melalui pena, tanda tangan, dan rekening bank. Mereka mengambil hasil dari sumber daya yang harusnya digunakan untuk mensejahterakan masyrakat malah mereka curi untuk kepuasan pribadi,keluarga, ataupun kelompoknya.
Korupsi merupakan gaya penjajahan baru yang banyak menyengsarakan masyrakat, kemiskinan menjadi terpelihara karna praktik ini korupsi ini dan untuk melanggengkan praktik ini tentu kejahatan lain bisa saja terjadi seperti penindasan, adu domba atau bahkan sampai pembunuhan, karna mereka yang menjadi dalang dalam praktik ini tidak ingin jika perbuatan mereka diganggu oleh pihak siapapun.
Jika kita melihat ke dalam Alquran praktik seperti ini merupakan sebuah kegiatan yang melekat kepada firaun coba perhatikan QS. Al-Qasas 28: Ayat 4 berikut : “Sungguh, Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah-belah, dia menindas segolongan dari mereka (Bani Israil), dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuan mereka. Sungguh, dia (Fir’aun) termasuk orang yang berbuat kerusakan.”
Jika kita melihat realita yang terjadi, praktik tersebut itu merupakan hal yang biasa dilakukan oleh segelintir kelompok untuk mempertahankan kekuasaan yang mereka punya. Mereka cenderung akan mencoba menggantikan peran Allah sebagai Tuan mereka ingin Masyarakat mengabdi kepada mereka
Orang orang sepertii ini pun cenderung akan bergaul dengan sesammanya, karna mereka tidak ingin kebusukannya terendus oleh pihak manapun sehingga menciptakan lingkungan ekslusif hal ini juga merupakan kuasa dari Allah, perhatikan QS. Al-An’am 6: Ayat 129 : “Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang zalim berteman dengan sesamanya, sesuai dengan apa yang mereka kerjakan.”
Bentuk penjajahan terakhir yang sering kita lupai Adalah penjajahan oleh hawa nafsu, mengapa hawa nafsu bisa menjadi sebuah penjajah? Bukankah kita akan Merdeka apabila kita bisa melakukan apapun yang kita mau? Secara kasat mata memang, tetapi apabila memperhatikan secara sesama hawa nafsu ini jika terus kita beri makan maka mereka akan terus menuntut lebih untuk dipenuhi sebagai contoh jika kita coba-coba mencuri 1000 maka tanpa kita sadari akan ada keinginan untuk mencuri 1000 lainnya bahkan nominalnya akan meningkat seiiring waktu. Bahkan kasus korupsi yang terjadi di negri ini pun pasti diawali oleh hawa nafsu pelakunya itu sendiri. Segala sesuatu yang nikmat pasti akan menjadi adiksi maka dari itu Tuhan memperingatkan jangan pernah menjadiikan hawa nafsu sebagai Tuan bagi diiri manusia itu sendiri Hawa nafsu perlu kita kontrol jika tidak maka pasti kita akan dijajah oleh hawa nafsu perhatikan QS. Al-Jasiyah 45: Ayat 23 : “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat)? Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”
Kemerdekaan sejati bukan sekadar bebas dari penjajahan fisik, melainkan bebas dari segala bentuk belenggu yang melemahkan negri. Saat kita masih bergantung pada negri lain, masih diperdaya oleh segelintir elite, hingga diperbudak oleh hawa nagsu, maka jelas kemerdekaan kita belum sempurna. Inilah yang menjadi tantangan kita saat ini untuk melawan jenis penjajahan modern jika kita masih menghadapi situasi ini maka perayaan yang ada di setiap kota hanyalah seremonial belaka tanpa makna.
Penulis :
Ahmad Azaria Adhitama