Sebagai sebuah idelogi yang tauhid maka sewajarnya jika semua penganut Islam yang bernaung di dalamnya harus memiliki satu visi dan misi. Sebagaimana halnya dengan Sang Khalik yang satu maka ummat-Nya pun juga harus tauhid dalam satu kesatuan yang utuh.
وَاِ نَّ هٰذِهٖۤ اُمَّتُكُمْ اُمَّةً وَّا حِدَةً وَّاَنَاۡ رَبُّكُمْ فَا تَّقُوْنِ
“Dan sungguh, (agama tauhid) inilah agama kamu, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.” (QS. Al-Mu’minun 23: Ayat 52)
Kemudian juga di perkuat dengan perkataan Rasulullah Muhammad dan para sahabtnya sebagai berikut:
إِنَّهُ لَا إِسْلَامَ إِلَّا بِجَمَاعَةٍ ، وَلَا جَمَاعَةَ إِلَّا بِإِمَارَةٍ ، وَلَا إِمَارَةَ إِلَّا بِطَاعَةٍ
“…sesungguhnya tak ada Islam kecuali dengan berjamaah dan tidak ada jamaah kecuali dengan adanya keamiran dan tidak ada keamiran kecuali dengan taat”
[HR. Ad Daromi 257, Ibnu ‘Abdil Barr dalam Jaami’u Bayaan 326]
Sehingga atsar dari Umar Bin Khattab diatas dengan tegas menggambarkan Islam sebagai sebuah sistem kesatuan ummat atau jamaah yang ini sejalan dengan sabda Rasulullah Muhammad:
وَمَنْ خَرَجَ مِنَ الطَّاعَةِ، وَفَارَقَ الْجَمَاعَةَ فَمَاتَ، مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً
“Barangsiapa keluar dari ketaatan (kepada pemimpin) dan meninggalkan jamaah, lalu mati, maka ia mati dalam keadaan jahiliyah.”
(HR. Muslim (No. 1849) dalam kitab Al-Imarah (Bab Kewajiban Taat kepada Pemimpin) dan HR. Al-Bukhari (No. 7054) dengan lafaz serupa.).
Mari kita perhatikan pula keterkaitan pada ayat-ayat berikut ini.
وَا عْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖ وَا ذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَآءً فَاَ لَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَ صْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖۤ اِخْوَا نًا ۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّا رِ فَاَ نْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَـكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ
“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 103)
Dari dalil diatas menjelaskan begitu pentingnya Islam sebagai sebuah komunitas yang utuh tauhid tanpa pengelompokan. Bukankah Rasulullah Muhammad datang untuk mendamaikan kabilah atau suku yang ketika itu saling bersaing, perang, dan beradu kekuatan?
Mengapa Kesatuan Penting bagi Umat Islam?
Kebersamaan dan kesatuan yang utuh dan holistik adalah pilar penting dalam Islam. Sehingga Islam tidak hanya untuk diri sendiri secara pribadi, tetapi juga untuk kesejahteraan seluruh umat manusia. Berikut adalah beberapa alasan mengapa kolektivitas penting bagi umat Islam:
Implementasi Ajaran Islam
Banyak ibadah dalam Islam yang dilakukan secara kolektif, seperti shalat berjamaah, puasa Ramadan, dan haji. Ibadah-ibadah ini mengajarkan umat Islam untuk saling bekerja sama dan merasakan kebersamaan.
Konsep zakat juga menekankan pentingnya kepedulian sosial dan tanggung jawab bersama dalam membantu mereka yang membutuhkan.
وَاَنَّهٰذَاصِرَاطِيْ مُسْتَقِيْمًافَاتَّبِعُوْهُ ۚ وَلَاتَتَّبِعُوْالسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيْلِهٖ ۗ ذٰ لِكُمْ وَصّٰٮكُمْ بِهٖ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
“Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-An’am 6: Ayat 153)
Membangun Ukhuwah Islamiyah
Kolektivitas memperkuat ikatan persaudaraan (ukhuwah) antar umat Islam. Dengan bekerja sama dan saling mendukung, umat Islam dapat menciptakan komunitas yang kuat dan harmonis. Islam sangat menekankan pentingnya persatuan dan menghindari perpecahan. Kolektivitas membantu mencegah terjadinya konflik dan memperkuat persatuan umat.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. Maka damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 10)
Mencapai Tujuan Bersama Dengan Kasih Sayang
Dengan bekerja sama dengan kasih sayang, umat Islam dapat mencapai tujuan yang lebih besar, seperti menyebarkan ajaran Islam, membangun masyarakat yang adil, dan membantu sesama.
Kolektivitas memungkinkan umat Islam untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, dan sumber daya, sehingga mereka dapat mencapai kesuksesan bersama dalam menggapai kembali kejayaan Dinul Islam.
Menunjukkan Kekuatan Islam
Kolektivitas umat Islam menunjukkan kekuatan dan solidaritas mereka di hadapan dunia.
Ketika umat Islam bersatu, mereka dapat memberikan dampak yang lebih besar dalam berbagai bidang kehidupan, seperti sosial, ekonomi, dan politik.
وَتَعَاوَنُواعَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُواعَلَى الإثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ…
“…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.“
(QS. Al Maidah 5: Ayat 2)
Rasulullah SAW beserta para sahabat banyak memberikan contoh yang baik tentang pentingnya kolektivitas dalam membangun komunitas Muslim di Madinah.
Kekuatan dalam Kebersamaan
Islam terbentuk dari sebuah jamaah atau komunitas yang digambarkan dengan indah dalam Al Qur’an seperti sebuah bangunan yang tersusun kokoh. Islam adalah sebuah organisasi yang bergerak dalam sebuah harmoni yang teratur satu tujuan dan satu komando.
اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الَّذِيْنَ يُقَا تِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِهٖ صَفًّا كَاَ نَّهُمْ بُنْيَا نٌ مَّرْصُوْصٌ
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berjuang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS. As-Saff 61: Ayat 4)
Karena Islam adalah jamaah maka otomatis tidak mengenal sistem individualis. Semua sistem yang ada didalamnya dirancang sebagai sebuah sistem sosial yang mengajarkan kebersamaan yang saling menguatkan yang dikenal dengan istilah “ukhuwah Islamiyah”. Karena ummat yang satu akan memiliki kekuatan besar dalam menghadapi tantangan zaman untuk mencapai tujuan mulia yaitu keselamatan dan kesejahteraan bersama.
Jalin Kebersamaan
Kolektivitas membangun rasa saling peduli, membantu sesama, dan saling menguatkan. Dengan demikian maka akan membangkitkan solidaritas sehingga dapat menghindari perpecahan yang akan membuat umat Islam lemah di hadapan musuh-musuhnya. Sejarah mencatat bahwa umat Islam mencapai kejayaannya saat bersatu.
وَاِ نَّ هٰذِهٖۤ اُمَّتُكُمْ اُمَّةً وَّا حِدَةً وَّاَنَاۡ رَبُّكُمْ فَا تَّقُوْنِ
“Dan sungguh, (agama tauhid) inilah agama kamu, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.” (QS. Al-Mu’minun 23: Ayat 52)
Bagaimana Membangun Sistem Kesatuan Yang Holistik dalam Islam?
Satu-satunya hal yang dapat mempersatukan Islam tanpa ada penolakan dalam berbagai kelompok adalah Al Qur’an. Karena selain qur’an terkadang masih ada khilafiyah antar ulama baik hadits yang kurang shahih maupun mazhab. Sehingga kembali kepada Al Qur’an sejatinya adalah kembali kepada Allah, karena qur’an adalah qalamullah yaitu Firman-Nya. Manifestasi dari eksistensi Allah dapat kita pelajari pada alam semesata dan Al Qur’an. Dengan petunjuk dari kitab Al Qur’an pastinya akan menuntun kita pada satu jalan yang sama yaitu jalan kepada keselamatan atau keridhoan Allah dan sebaiknya mencari tuntunan selain dari Al Qur’an akan membawa kepada jalan yang mencerai beraikan.
وَلَا تَكُوْنُوْا كَا لَّذِيْنَ تَفَرَّقُوْا وَا خْتَلَفُوْا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَآءَهُمُ الْبَيِّنٰتُ ۗ وَاُ ولٰٓئِكَ لَهُمْ عَذَا بٌ عَظِيْمٌ
“Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat,” (QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 105)
Larangan Berpecah Belah
Ada ungkapan yang sering kita dengar bahwa perbedaan pendapat adalah hal wajar, yang penting tidak bermusuhan dan tidak berpecah belah. Itu adalah sebuah ungkapan yang menyesatkan karena bagaimana mungkin tidak berpecah atau tidak bermusuhan ketika berbeda? Bahkan dalam satu kelompok yang sama dengan visi dan misi yang sama kadang terjadi perpecahan bahkan permusuhan, lantas bagaimana jika kita berbeda paham dan beda golongan maka akan terbuka kemungkinan terjadinya gesekan. Adalah hal yang logis jika menjadi bagian dari sebuah kelompok akan membangkitkan rasa kecintaan dan bangga kepada kelompoknya itu. Dari rasa kecintaan tersebut berkembang menjadi fanatisme yang pada akhirnya lahirlah dikotomi sehingga bahasa yang digunakan bukan “kita” tapi yang muncul adalah bahasa “kami” dan “kalian”.
فَتَقَطَّعُوْۤا اَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ زُبُرًا ۗ كُلُّ حِزْبٍ بِۢمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُوْنَ
“Kemudian mereka terpecah belah dalam urusan (agama)nya menjadi beberapa golongan. Setiap golongan (merasa) bangga dengan apa yang ada pada mereka (masing-masing).” (QS. Al-Mu’minun 23: Ayat 53)
اِنَّ الَّذِيْنَ فَرَّقُوْا دِيْنَهُمْ وَكَا نُوْا شِيَـعًا لَّسْتَ مِنْهُمْ فِيْ شَيْءٍ ۗ اِنَّمَاۤ اَمْرُهُمْ اِلَى اللّٰهِ ثُمَّ يُنَـبِّـئُـهُمْ بِمَا كَا نُوْا يَفْعَلُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka menjadi (terpecah) dalam golongan-golongan, sedikit pun bukan tanggung jawabmu (Muhammad) atas mereka. Sesungguhnya urusan mereka (terserah) kepada Allah. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.” (QS. Al-An’am 6: Ayat 159)
Satu Komunitas Satu Gerakan
Kolektivitas bukan hanya sebatas konsep, tetapi harus diwujudkan dalam bentuk perjuangan yang nyata di segala bidang baik sosial, ekonomi, politik, pendidikan dan kebudayaan di bawah naungan satu komunitas yang utuh tanpa golongan-golongan.
وَنَزَعْنَا مَا فِيْ صُدُوْرِهِمْ مِّنْ غِلٍّ اِخْوَا نًا عَلٰى سُرُرٍ مُّتَقٰبِلِيْنَ
“Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang ada dalam hati mereka; mereka merasa bersaudara, duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.”
(QS. Al-Hijr 15: Ayat 47)
Kesimpulan
Membangun Sistem Kesatuan Yang Holistik dalam umat Islam adalah kewajiban yang tidak bisa diabaikan. Persatuan bukan sekadar simbol, tetapi jalan menuju kejayaan Islam. Dengan memahami pentingnya kebersamaan dan mengimplementasikan nilai-nilai ukhuwah Islamiyah, umat Islam dapat kembali menjadi umat yang kuat sebagai sebuah kekuatan di dunia. Oleh karena itu, mari kita perkuat persaudaraan, hilangkan sekat-sekat perbedaan, dan bersatu dalam membangun peradaban Islam yang lebih baik.
وَا عْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖ وَا ذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَآءً فَاَ لَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَ صْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖۤ اِخْوَا نًا ۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّا رِ فَاَ نْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَـكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ
“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 103).
Penulis:PPR