Dalam kehidupan sehari-hari, kata sabar sering dipahami sekadar “menahan diri” atau “tidak marah.” Namun dalam perspektif psikologi dan ayat kitab suci, sabar jauh lebih dalam: ia adalah kekuatan mental untuk tetap gigih, ulet, dan konsisten dalam mencapai tujuan meskipun menghadapi rintangan yang berat.
Sabar dalam Perspektif Psikologi
Psikologi modern menghubungkan sabar dengan konsep resilience (daya lenting) dan grit (ketekunan jangka panjang).
• Resilience adalah kemampuan seseorang untuk bangkit kembali setelah menghadapi kesulitan, trauma, atau kegagalan. Orang yang resilient tidak mudah menyerah, mereka mampu mengubah tantangan menjadi pelajaran.
• Grit menurut Angela Duckworth adalah kombinasi antara passion (cinta pada tujuan jangka panjang) dan perseverance (ketekunan). Grit inilah yang membuat seseorang terus berjalan walau hasil tidak datang seketika.
Dengan kata lain, sabar menurut psikologi bukan pasif, tetapi aktif, ia adalah energi mental untuk bertahan sekaligus melangkah maju.
Sabar dalam Kitab Suci (QS. Ali Imran 3:146)
Allah berfirman:
“Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa; mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, tidak lesu, dan tidak (pula) menyerah. Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.”
(QS. Ali Imran: 146)
Ayat ini menunjukkan bahwa sabar tidak identik dengan diam atau hanya menahan emosi. Justru sabar adalah:
1. Tidak lemah: tetap kuat walau menghadapi ujian.
2. Tidak lesu: tetap bersemangat dan menjaga energi.
3. Tidak menyerah: terus melangkah maju dalam perjuangan.
Artinya, sabar adalah sikap aktif, penuh keteguhan, dan pantang menyerah.
Jika dipadukan, konsep sabar dalam psikologi dan kitab suci memiliki benang merah:
• Psikologi: sabar adalah grit, konsistensi dan ketekunan menuju tujuan jangka panjang.
• Kitab suci: sabar adalah istiqamah, bertahan dalam kebenaran dan tidak goyah meski ada cobaan.
Keduanya menekankan gigih, tahan banting, ulet, dan optimis.
Kesimpulan
Sabar bukanlah menunggu tanpa tindakan. Ia adalah:
• Keteguhan mental untuk tidak goyah,
• Keuletan untuk terus berusaha,
• Keyakinan bahwa setiap usaha bernilai di sisi Allah.
Maka, sabar adalah fondasi ketangguhan: dalam psikologi ia disebut grit, dalam kitab suci ia disebut sabr. Dan Allah menjanjikan cinta-Nya bagi orang-orang yang sabar.
Penulis: Abqurah