Di era modern ini, dunia semakin dihadapkan pada berbagai bentuk kekacauan dan ketidakstabilan yang tampaknya tak kunjung usai. Dari ketidakstabilan politik hingga krisis kemanusiaan, banyak negara yang berada di ambang kehancuran.
Venezuela saat ini tengah dilanda kekacauan politik yang parah. Protes besar-besaran meletus setelah pemilihan presiden yang dipenuhi dengan tuduhan kecurangan. Presiden Nicolás Maduro, yang berkuasa sejak 2013, kembali terpilih dalam pemilu yang diklaim banyak pihak tidak adil dan penuh manipulasi. Maduro menjanjikan pemilu yang bebas dan adil, namun kenyataannya pemilu tersebut diwarnai dengan penangkapan tokoh oposisi, pelarangan kandidat utama oposisi Maria Corina Machado, pemblokiran media, dan pembatasan hak pilih warga negara yang tinggal di luar negeri.
Oposisi, yang dipimpin oleh Edmundo Gonzalez, menolak hasil pemilu yang menyatakan kemenangan Maduro dan mengklaim bahwa penghitungan mereka menunjukkan Gonzalez sebagai pemenang sebenarnya. Hal ini memicu protes luas di seluruh negeri yang direspon dengan keras oleh pemerintah menggunakan kekuatan polisi dan militer.
Di Mali, situasi keamanan semakin memburuk setelah penarikan pasukan penjaga perdamaian PBB. Konflik internal dan serangan militan yang semakin intensif telah menyebabkan ribuan warga sipil kehilangan tempat tinggal dan hidup dalam ketakutan. Militer Mali, yang telah menggulingkan pemerintah dalam kudeta, berjuang untuk mengendalikan situasi di tengah serangan kelompok teroris yang semakin sering terjadi. Tanpa dukungan internasional, Mali menghadapi ancaman serius terhadap stabilitas dan keselamatan warganya.
Bangladesh juga tengah menghadapi ketegangan politik dan kekerasan terkait pemilihan umum. Ketidakpuasan terhadap pemerintahan saat ini memicu protes dan bentrokan antara pendukung oposisi dan aparat keamanan. Pemilu yang diharapkan membawa perubahan justru menjadi sumber konflik baru, dengan tuduhan kecurangan dan intimidasi terhadap para pemilih. Situasi ini mencerminkan ketidakstabilan politik yang mendalam dan kegagalan pemerintah dalam menjaga keadilan dan keamanan.
Jika kita merenungkan lebih dalam, kita akan menemukan bahwa masalah ini adalah akibat dari tindakan manusia itu sendiri, sebagaimana diingatkan dalam QS 30:41:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Ayat ini mengingatkan kita bahwa kehancuran dan kerusakan yang kita alami adalah konsekuensi dari perbuatan kita sendiri. Manusia telah dititipkan ajaran dan sistem yang sempurna oleh Tuhan, namun sering kali kita memilih untuk menciptakan sistem tandingan yang jauh dari kebenaran ilahi. Ujung-ujungnya yang terjadi ialah dunia yang free will. Setiap manusia merasa setara dan paling benar dengan pilihannya.
Dalam QS 30:30, Tuhan menekankan pentingnya kembali kepada fitrah manusia dan sistem yang telah ditetapkan oleh-Nya:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Din; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) Din yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Demikian pula dalam QS 3:83, ditegaskan bahwa sistem atau hukum yang ditetapkan oleh Allah adalah yang benar dan sempurna:
“Maka apakah mereka mencari Din yang lain selain Din Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerah segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan.”
Sayangnya, banyak mufasir yang mengaburkan makna asli dari kata “din” yang sebenarnya berarti sistem, hukum, atau aturan, bukan sekadar agama dalam pengertian sempit yang hanya berkutat pada ranah tata ritual. Pengaburan ini menyebabkan manusia tidak sadar akan pentingnya kembali kepada sistem ilahi yang telah ditetapkan oleh Tuhan.
Di era post-truth ini, kebenaran sering kali diorkestrasi atau direkayasa. Informasi yang disajikan kepada publik sering kali dipengaruhi oleh kepentingan tertentu
Penulis & Konten: Abqurah