Nabi Ibrahim (Abraham) adalah bapak para nabi yang memiliki banyak keturunan, khususnya dari garis keturunan Ismail dan Ishak. Salah satu perintah Allah kepada Abraham adalah untuk menyembelih (mengorbankan) anaknya. Yang menjadi pertanyaan adalah siapa yang disembelih oleh Abraham? Apakah Ismail atau Ishak?

Umat Islam beranggapan bahwa Ismail yang dikorbankan oleh Abraham, sedangkan umat Nasrani menganggap bahwa Ishak lah yang dikorbankan oleh Abraham. Pertanyaan besar yang muncul adalah apakah Abraham menyembelih anaknya secara fisik-biologis? Tidak mungkin seorang bapak tega menyembelih anaknya sendiri, yang sangat bertentangan dengan ajaran Allah yang melarang manusia untuk membunuh.

Perhatikan janji Allah kepada Abraham:

“Dari pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku dengan engkau: Engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham, karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Aku akan membuat engkau beranak cucu sangat banyak; engkau akan Kubuat menjadi bangsa-bangsa, dan dari padamu akan berasal raja-raja. Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu. Kepadamu dan kepada keturunanmu akan Kuberikan negeri ini yang kaudiami sebagai orang asing, yakni seluruh tanah Kanaan akan Kuberikan menjadi milikmu untuk selama-lamanya; dan Aku akan menjadi Allah mereka. Lagi firman Allah kepada Abraham: ‘Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu turun-temurun.'” (Kejadian pasal 17: 4-9)

Dalam Taurat dan Al-Qur’an, apa yang menjadi tradisi dan klaim keagamaan tersebut dapat dimaklumi, tetapi ada beberapa catatan bahwa pengurapan Abraham kepada Ishak yang menjadikannya pewaris perjanjian tidak bisa menafikan eksistensi Ismail sebagai anak sulung Abraham, yang juga dinubuatkan Allah akan menjadi bangsa yang besar melalui keturunannya. Berarti perjanjian Allah tersebut bukan hanya diwariskan kepada Ishak, tetapi juga kepada Ismail meski awal kekuasaan diberikan kepada bani Israel. Bukankah Ismail adalah anak sulung dari Abraham (lebih tua 14 tahun dari Ishak), sehingga kewajiban mendidik sesuai tuntunan Allah sudah pasti dilakukan juga oleh Abraham kepada Ismail. 

Al-Qur’an menegaskan soal perjanjian tersebut, bahwa perjanjian itu berlaku abadi dan eksklusif. Namun eksklusifitasnya bukan atas dasar kebangsaan atau garis keturunan biologis melainkan berdasarkan kepada garis keturunan spiritual Abraham. Meskipun bukan keturunan biologis Abraham namun tidak berlaku zalim, maka janji Allah berlaku kepadanya

                                                                           وَاِذِ ابۡتَلٰٓى اِبۡرٰهٖمَ رَبُّهٗ بِكَلِمٰتٍ فَاَتَمَّهُنَّ ؕ قَالَ اِنِّىۡ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ اِمَامًا ؕ قَالَ وَمِنۡ ذُرِّيَّتِىۡ ؕ قَالَ لَا يَنَالُ عَهۡدِى الظّٰلِمِيۡنَ‏

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu
Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: ‘Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi
seluruh manusia.’ Ibrahim berkata: ‘(Dan saya mohon juga) dari keturunanku.’ Allah berfirman: ‘JanjiKu (ini) tidak mengenai orang-orang yang lalim.'” (QS. Al-Baqarah/124) 

Perjanjian Allah ini mengandung aspek eksklusifitas dan inklusifitas. Tergantung pada zalim tidaknya
suatu generasi bangsa. Penegasan surat (Al-Baqarah/124) bahwa Abraham adalah nabi dan
pemimpin yang diperuntukkan untuk seluruh umat manusia tanpa melihat asal garis keturunan
biologisnya. Bahwa Abraham membawa millah dan misi yang bersifat universal, rahmatan lil alamin

                                             فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعۡىَ قَالَ يٰبُنَىَّ اِنِّىۡۤ اَرٰى فِى الۡمَنَامِ اَنِّىۡۤ اَذۡبَحُكَ فَانْظُرۡ مَاذَا تَرٰىؕ قَالَ يٰۤاَبَتِ افۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُ سَتَجِدُنِىۡۤ اِنۡ شَآءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيۡنَ‏

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia menjawab: ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.'” (QS. As-Saffat/102) 

Kata menyembelih pada ayat ini bukan berarti seperti hewan ternak yang disembelih tetapi yang dimaksud menyembelih pada konteks ayat di atas adalah mengorbankan anaknya untuk menyampaikan misi risalah yang dibawa oleh Abraham.

Menjadi kesimpulan bahwa pengorbanan yang Abraham lakukan berlaku kepada seluruh anak Abraham, baik Ismail maupun Ishak. Mereka berdua dikorbankan Abraham untuk berjuang menyampaikan misi risalah.

PENULIS: ABIZAR

EDITOR: REINE 

KONTEN: REUVEN

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *