wa laqod ba’asnaa fii kulli ummatir rosuulan ani’budulloha wajtanibuth-thooghuut, fa min-hum man hadallohu wa min-hum man haqqot ‘alaihidh-dholaalah, fa siiruu fil-ardhi fangzhuruu kaifa kaana ‘aaqibatul-mukazzibiin

“Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang Rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Abdilah Allah, dan jauhilah Tagut”, kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di Bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul).”

 (QS. An-Nahl 16: Ayat 36)

Setiap Rasul yang diutus ke umatnya selalu memiliki misi yang sama, yaitu menyeru kaumnya untuk kembali mengabdi hanya kepada Allah dan meninggalkan ideologi atau sistem selain-Nya. Namun, tak jarang banyak dari kaumnya yang menolak dan bahkan memusuhi seruan tersebut. Hal ini juga terjadi pada Nabi Syuaib yang diutus kepada kaumnya, bangsa Madyan atau Aikah. 

Dalam Al-Qur’an, Nabi Syuaib disebut sebanyak 11 kali, sementara bangsa Madyan disebut 10 kali, dan Aikah sebanyak 4 kali. Kisah mereka tercatat dalam beberapa surah, seperti dalam QS. Hud (11): 84-95, QS. Al-Hijr (15): 78-79, dan QS. Asy-Syu’ara (26): 176-191. 

Sebagai utusan Allah, Nabi Syuaib memulai dakwahnya dengan menyeru kaumnya untuk kembali kepada ajaran yang benar, yaitu mengabdi hanya kepada Allah, sebagaimana disebutkan dalam QS. Hud (11): 84. Dalam dakwahnya, Nabi Syuaib banyak mengingatkan agar mereka menyempurnakan takaran timbangan dengan adil, seperti yang tercantum dalam QS. Hud (11): 85 dan QS. Asy-Syu’ara (26): 181-183. Hal tersebut bukan sekadar masalah moral dalam berjual beli, tetapi terkait dengan ketidakadilan sistem yang ada saat itu.

Pada masa Nabi Syuaib, bangsa Madyan dan Aikah mengalami kerusakan sosial akibat sistem hukum yang tidak adil. Para penguasa sering kali menindas rakyat dan menguntungkan diri mereka sendiri. Hal ini disebabkan oleh penerapan sistem yang tidak berasal dari Allah, melainkan dari pemikiran manusia semata. Nabi Syuaib kemudian menyeru mereka untuk kembali kepada sistem yang haq, yaitu sistem yang diturunkan oleh Sang Pencipta.

Namun, banyak di antara mereka yang menolak dakwah tersebut. Mereka memilih mengikuti sistem yang telah ada sejak nenek moyang mereka. Nabi Syuaib pun menerima hinaan dan fitnah, bahkan dituduh sebagai orang yang terkena sihir dan berdusta, sebagaimana tercantum dalam QS. Asy-Syu’ara (26): 185 186. Mereka juga meremehkan Nabi Syuaib, menganggapnya tidak layak berbicara tentang perbaikan sosial karena statusnya yang rendah, sebagaimana tertulis dalam QS. Hud (11): 91.

Pada akhirnya, kaum Madyan dan Aikah pun menerima azab dari Allah. Azab tersebut datang dalam bentuk hilangnya kekuasaan mereka, yang dihancurkan oleh “guntur” yang merupakan simbol kerusuhan sosial akibat ketidakadilan sistem yang mereka terapkan. Hal ini juga dijelaskan dalam QS. Hud (11): 94-95.

Kisah Nabi Syuaib dan kaumnya menjadi pelajaran penting bagi kita. Kehancuran bangsa Madyan dan Aikah adalah akibat dari penolakan mereka terhadap sistem yang Haq, yang menyebabkan ketidakadilan dan kekacauan sosial. Begitu suatu bangsa menolak seruan untuk kembali kepada sistem yang benar, kehancuran tinggal menunggu waktu.

Penulis: Azaria

Editor: Reine 

Konten: Reuven 

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *