Secara umum, anarkisme dipahami sebagai paham atau tindakan yang menolak segala bentuk kekuasaan atau otoritas, termasuk hukum, pemerintahan, dan tatanan sosial yang mapan. Dalam praktiknya, anarkisme kerap diidentikkan dengan kekerasan, kekacauan, serta pemberontakan yang merusak tatanan sosial dan mencederai nilai-nilai kemanusiaan. Meskipun sebagian pengusung anarkisme beranggapan bahwa mereka sedang memperjuangkan kebebasan, pada kenyataannya paham ini justru sering menimbulkan kerugian bagi manusia secara luas. Dalam Al-Qur’an, manusia diciptakan bukan untuk hidup dalam kekacauan, melainkan dalam tatanan yang harmonis, adil, dan penuh kedamaian. Allah telah menetapkan sistem kehidupan bagi manusia melalui wahyu-Nya, yang bertujuan menjaga keberlangsungan hidup, keadilan sosial, dan kemaslahatan bersama. Oleh sebab itu, segala bentuk kerusakan, kekacauan, dan tindakan anarkis bertentangan secara langsung dengan sistem Allah.
Manusia diciptakan dalam fitrah yang mencintai kebaikan, kedamaian, dan keteraturan.
Dalam Surah Ar-Rūm ayat 30, Allah berfirman:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Din Islam; (sesuai) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah.” (QS. Ar-Rūm: 30)
Fitrah manusia selaras dengan sistem Allah, yakni sistem yang menjunjung tinggi moralitas, keadilan hukum, dan tanggung jawab. Ketika seseorang mengikuti paham anarkisme yang berupaya menghapus segala aturan yang telah Allah tetapkan, sesungguhnya ia telah keluar dari fitrah yang seharusnya, fitrah penciptaan. Hal itu bukanlah wujud kebebasan sejati, melainkan penyimpangan dari jalan yang benar. Anarkisme bertentangan secara mendasar dengan ajaran Al-Qur’an. Al-Qur’an mengajarkan keteraturan, kedamaian, keadilan, dan penghormatan terhadap sesama manusia. Al-Qur’an juga sangat menekankan pentingnya menjaga kedamaian sosial dan mencegah kerusakan di muka bumi.
Selain itu, dalam Surah Al-A’raf ayat 56, Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”
(QS. Al-A’raf: 56)
Ayat ini menegaskan bahwa menciptakan kerusakan atau kekacauan setelah adanya keteraturan merupakan tindakan yang melanggar kehendak Allah. Anarkisme, yang menolak sistem dan berupaya menggantikannya dengan kekacauan atau kekerasan, termasuk dalam kategori perbuatan merusak tersebut. Setiap individu memikul tanggung jawab terhadap lingkungannya. Hidup bukan sekadar menuntut keinginan pribadi, tetapi juga melaksanakan kewajiban.
Allah berfirman dalam Surah Al-‘Asr:
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.”
(QS. Al-‘Asr: 1–3)
Ayat ini menegaskan bahwa manusia akan merugi bila hidup tanpa tujuan dan nilai. Kehidupan yang bermakna adalah kehidupan yang dilandasi iman dan tanggung jawab. Tindakan anarkis yang egois dan merusak bukanlah bagian dari perbuatan maupun nasihat dalam kebaikan. Bahkan, tindakan seperti itu pasti dan hanya menimbulkan kesengsaraan bagi banyak orang. kebebasan bukanlah kebebasan yang absolut.
Allah berfirman:
“Dan katakanlah: ‘Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka siapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir’.”
(QS. Al-Kahf: 29)
Ayat ini menunjukkan bahwa manusia diberi kebebasan untuk memilih, kebebasan ingin menjalani kehidupan yang mana, apakah hal tersebut Haq ataupun Batil, semua tentu ada konsekwensinya, tetapi kebebasan itu tetap berada dalam kerangka tanggung jawab. Ketika seseorang memilih untuk merusak, mengabaikan aturan Allah, menolak nilai-nilai petunjuk serta menebarkan ketakutan dan kekacauan, maka ia telah menyalahgunakan kebebasan yang dimilikinya dan tentu tidak bertanggung jawab. Al-Qur’an mengajarkan jalan yang benar, bukan kebebasan tanpa batas, dan bukan pula penindasan. Anarkisme, yang muncul dari keinginan untuk bebas tanpa arah dan aturan, jelas bertentangan dengan sistem Allah yang dibangun atas dasar keadilan, tanggung jawab, dan keseimbangan. Dalam kehidupan, aturan dan nilai bukanlah penghalang kebebasan, melainkan sarana untuk menjaga agar kehidupan tetap damai dan penuh kebaikan. Oleh karena itu, setiap manusia hendaknya menjauhi paham atau tindakan anarkis. Jika ingin memperbaiki sesuatu yang dirasa salah di lingkungannya, tempuhlah jalan kebaikan, jalan yang benar sebagaimana yang diajarkan oleh Allah. Itulah sistem Allah, bukan sistem kekacauan yang hanya akan merusak diri sendiri maupun orang lain.
Penulis & Konten: Gwen
Editor: Reine