Untuk melaksanakan tugas Kerasulan, setiap Rasul yang diutus oleh Allah menyampaikan risalah memiliki tahapan-tahapan yang sama antara satu Rasul dengan Rasul lainnya. Secara umum, ada enam tahapan yang dilalui oleh para Rasul seperti Nuh, Musa, Isa dan Muhammad. Dua dari enam tahapan itu ialah qital dan futuh. Sebelm futuh atau menang harus melalui qital, artinya perang. Perang di sini konteksnya setelah hijrah, sudah menjadi ketetapan Allah ada saatnya orang-orang beriman akan diperangi. Diwajibkan bagi mereka membentuk barisan perang untuk mempertahankan diri dan melawan sistem hidup yang gelap

Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. ( Ash Shaff ayat 4 )

Di sini secara prinsip berbeda yang dilakukan dengan kaum tertentu hari ini yang justru menebar terror terlebih dahulu. Berbagai macam perang dilakukan oleh mukmin agar Dien Islam bisa tegak dan meluas. Pada fase ini turunlah perintah Allah untuk melakukan Qital (perang) dan hukumnya wajib

Al-hajj ayat 39-40

39. Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu,

40. . (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: “Tuhan kami hanyalah Allah.” Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa,

Al-Baqarah Ayat 216

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

Setelah melalui pelbagai peperangan, sampailah pada titik penyambung antara qital & futuh yakni Fatuh Makkah. Salah satu peristiwa penting yang tercatat dalam sejarah besar Islam.
Penaklukan Mekkah oleh Rasulullah Muhammad SAW, dikenal sebagai Fathu Mekkah, bukan hanya sebuah peristiwa militer, tetapi juga sebuah titik balik dalam sejarah besar Islam yang membawa perubahan besar dalam masyarakat Arab pada saat itu. Sebelum penaklukan Mekkah, Rasulullah Muhammad SAW melakukan persiapan yang cermat. Beliau membangun aliansi, membentuk kesatuan pasukan yang kuat, dan menjalin hubungan diplomatik untuk memperoleh dukungan politik. Selain itu, beliau juga mengirim utusan-utusan untuk memperkuat ikatan dengan penduduk Mekkah.

Strategi diplomasi dan persiapan militer yang matang memperkuat posisi Rasulullah dan pasukannya dalam menghadapi Mekkah. Hal ini menunjukkan kebijaksanaan beliau dalam menangani konflik, yang tidak hanya bergantung pada kekuatan militer semata, tetapi juga pada diplomasi dan hubungan baik dengan suku-suku Arab lainnya.

Pada bulan Ramadan tahun 8 Hijriah, pasukan Muslim yang berjumlah ribuan orang mulai bergerak menuju Mekkah. Kedatangan mereka tidak disambut dengan perlawanan bersenjata dari pihak Quraisy. Sebaliknya, penduduk Mekkah yang terkejut dan terkesan dengan kekuatan pasukan Muslim, mengirimkan utusan untuk bernegosiasi dengan Rasulullah.

Negosiasi tersebut menghasilkan perjanjian damai yang dikenal sebagai Perjanjian Hudaibiyah dua tahun sebelumnya, yang menjamin keamanan bagi umat Islam. Namun, pelanggaran yang dilakukan oleh Quraisy terhadap perjanjian tersebut membuat Rasulullah memutuskan untuk melakukan penaklukan Mekkah.
Kemenangan Tanpa Pertumpahan Darah Ketika pasukan Muslim tiba di Mekkah, Rasulullah memasuki kota suci tersebut tanpa pertumpahan darah. Ini adalah momen penting dalam sejarah, di mana Rasulullah menunjukkan kasih sayang dan pengampunan kepada kaum yang sebelumnya telah memusuhi dan menindas umat Islam.

Rasulullah memerintahkan pasukannya untuk memasuki Mekkah dengan sikap rendah hati, tanpa membalas dendam atas penindasan yang mereka alami sebelumnya. Ini adalah contoh nyata dari pemahaman Islam tentang kedermawanan dan pengampunan, yang menempatkan kepentingan keadilan dan perdamaian di atas keinginan untuk membalas dendam.

Penaklukan Mekkah membawa perubahan besar dalam masyarakat Arab pada saat itu. Kedermawanan dan pengampunan yang ditunjukkan oleh Rasulullah tidak hanya mengakhiri periode konflik yang panjang, tetapi juga membuka jalan bagi rekonsiliasi antara umat Islam dan penduduk Mekkah.
Secara spiritual, penaklukan Mekkah memperkuat posisi Rasulullah sebagai pemimpin umat Islam, tidak lagi hanya bagi kaum mu’min dan meneguhkan ajaran Din Al-Islam

Penulis : Abqurah

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *