Berkurban adalah salah satu ibadah yang sangat erat kaitannya dengan kisah Nabi Ibrahim, yang penuh dengan pelajaran hidup bagi umat manusia. Di dalam Al-Qur’an, kita diajarkan bahwa pelajaran utama dari kisah Nabi Ibrahim adalah tentang ketauhidan, yaitu menjadikan Allah satu-satunya Tuan dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun.
Allah berfirman dalam QS. An-Nahl ayat 123: “Kemudian Kami wahyukan kepadamu, ‘Ikutilah Millah Ibrahim yang lurus, dan dia bukanlah termasuk orang musyrik.'”
Allah sangat menekankan pentingnya menjauhi kemusyrikan karena semua dosa bisa diampuni kecuali dosa kemusyrikan. Untuk menghindari kemusyrikan, kita diajarkan untuk mengikuti ajaran Nabi Ibrahim. Inti dari ajaran ini diwujudkan dalam tindakan pengorbanan harta dan jiwa, yang dilambangkan dengan peristiwa Nabi Ibrahim yang rela mengurbankan anaknya.
Seringkali, kita menjalankan syariat agama hanya sebagai simbol atau ritual. Namun, makna di balik ibadah tersebut adalah yang lebih utama. Ibadah kurban sangat identik dengan Nabi Ibrahim, bapak para nabi, yang menjadi teladan dalam hal ketaatan dan keikhlasan dalam beribadah.
Nabi Ibrahim membuktikan dirinya sebagai orang yang paling taat dan ikhlas dalam pengabdiannya kepada Allah. Beliau mampu: Mengurbankan anak laki-lakinya, Ismail atau Ishak, sebagai bentuk pengorbanan kepada Allah untuk membebaskan bangsa Arab dan Israel dari kekuasaan bangsa musyrik. Mempertahankan keimanan dan ketaatannya kepada Allah, meskipun harus meninggalkan ideologi orang tua dan bangsanya yang disimbolkan dengan berhala-berhala.
Apakah kita memiliki niat dan keberanian seperti Nabi Ibrahim? Relakah kita mengorbankan harta yang paling berharga, bahkan anak sendiri, untuk berjuang demi mempertahankan aqidah yang benar? Bukan hanya darah kambing atau sapi sebagai simbol, tetapi juga pengorbanan diri dan harta sampai titik darah penghabisan untuk menjaga keimanan dari kemusyrikan.
Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. An-Nahl ayat 123: “Kemudian Kami wahyukan kepadamu, ‘Ikutilah Millah Ibrahim seorang yang hanif’ dan dia bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.”
Dalam dunia yang semakin materialistis, pelajaran dari Nabi Ibrahim menjadi sangat relevan. Kesediaan beliau untuk mengorbankan yang paling dicintai demi ketaatan kepada Allah mengajarkan kita bahwa tidak ada yang lebih berharga daripada iman dan ketaqwaan.
Setiap kali merayakan Idul Adha, kita diingatkan kembali akan pentingnya semangat pengorbanan.
Semangat ini seharusnya tidak hanya muncul sekali dalam setahun, tetapi menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Menghidupkan semangat pengorbanan berarti kita selalu siap untuk memberikan yang terbaik dari diri kita demi kebaikan orang lain dan demi tegaknya ajaran Allah. Nabi Ibrahim dan Ismail menunjukkan cinta mereka kepada Allah dengan menerima ujian terberat dari-Nya. Sebagai balasannya, Allah memberikan keselamatan, kebahagiaan, dan kesempurnaan kepada mereka berdua. Inilah perwujudan dari firman-Nya dalam QS. Al-Maidah ayat 54: “Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya.”
Ibadah kurban tidak hanya tentang menyembelih hewan, tetapi juga tentang menyembelih ego dan nafsu duniawi kita. Melalui kurban, kita diajarkan untuk melepaskan keterikatan pada harta benda dan menggantinya dengan ketulusan dalam beribadah kepada Allah. Dalam konteks modern, makna pengorbanan ini bisa diinterpretasikan sebagai pengorbanan waktu, tenaga, dan kemampuan kita untuk kebaikan umat manusia.
Berkurban adalah perwujudan nyata dari ketaatan dan cinta kita kepada Allah. Melalui kisah Nabi Ibrahim, kita diajarkan tentang makna sejati pengorbanan, yaitu keikhlasan dan ketaqwaan. Semoga kita semua bisa meneladani Nabi Ibrahim dalam menjalankan perintah Allah dengan penuh keikhlasan dan tanpa menyekutukan-Nya dengan apapun.
Mari kita jadikan setiap momen Idul Adha sebagai waktu untuk merenung dan memperbaharui komitmen kita dalam menjalankan ajaran Allah dengan sungguh-sungguh. Dengan demikian, kita tidak hanya merayakan hari raya kurban, tetapi juga menghidupkan semangat pengorbanan dalam kehidupan kita sehari-hari
Penulis : Izp & Abqurah