Terkini

Hagar Melangkah, Muhammad Menyambung: Peran Hagar dan Keturunan Ismael dalam Kerajaan Tuhan

Hagar bukanlah seorang budak atau pelayan, sebagaimana sering digambarkan dalam narasi-narasi konvensional. Ia diyakini sebagai seorang perempuan dari kalangan bangsawan Mesir, kemungkinan besar bagian dari keluarga istana Firaun. Ketika Sarah dan Ibrahim meninggalkan Mesir, Firaun memberikan Hagar kepada Sarah sebagai bentuk penghormatan, bukan penghinaan. Dalam tradisi ini, pemberian seorang perempuan istana menjadi simbol penghargaan dan aliansi antar kekuasaan, bukan bentuk perbudakan. Maka, Hagar datang ke rumah Ibrahim bukan sebagai properti, melainkan sebagai sosok berharga yang kemudian diangkat menjadi istri kedua Nabi Ibrahim dan turut mengemban peran penting dalam sejarah profetik umat manusia.

Hagar adalah istri kedua Nabi Ibrahim. Setelah Nabi Ibrahim menikah dengan Hagar, kurang lebih 14 tahun kemudian, Sarah pun melahirkan Ishaq. Secara silsilah, Ismael diutus bersama ibunya, Hagar, untuk berhijrah ke Mekkah. Ismael kemudian memiliki anak-anak, yaitu: Nebayot (Nabit), Kedar (Qayhdar), Adbeel (Adhbul), Mibsam (Mabsha), Misyma (Mtsma), Duma (Dimma), Masa (Mash), Hadad (Adhr), Tema (Tayma), Yetur (Yatur), Nafish (Nabish), dan Kedma (Qaydhuma).

Perbedaan nama dalam tanda kurung menunjukkan perbedaan penyebutan antara dialek Bani Ishak dan Bani Ismael. Keseluruhannya ada 12 anak yang menjadi cikal bakal 12 suku dari Bani Ismael (Kejadian 25:12–18).

Ketika Yerusalem tegak, peran Bani Nebayot dan Bani Kedar dijelaskan dalam bahasa hikmah:

“Segala kambing domba Kedar akan berhimpun kepadamu, domba-domba jantan Nebayot akan tersedia untuk ibadahmu; semuanya akan dipersembahkan di atas mezbah-Ku sebagai korban yang berkenan kepada-Ku, dan Aku akan menyemarakkan rumah keagungan-Ku.”

(Yesaya 60:7) 

Bani Nebayot dan Bani Kedar adalah keturunan Ismael yang turut menjadi pilar pembangunan Yerusalem. Mereka hadir untuk meramaikan Kerajaan Allah, serta mempersembahkan kekuatan bagi tegaknya kerajaan tersebut yang dipimpin oleh Bani Israil.

Mereka selalu memberikan bantuan kepada Bani Israil tanpa ada usaha mengacaukan skenario Tuhan yang telah disanggupi oleh kakeknya, Ibrahim. Bani Kedar bahkan dikenal sebagai tentara profesional militer Yerusalem. Mereka adalah para pemanah handal yang memperkuat armada tentara Bani Israil. Mereka juga berperan penting dalam strategi perang, intelijen, pertahanan, serta menjadi duta perdagangan yang memperkuat perekonomian Yerusalem melalui ekspor ke berbagai negeri.

Tidak terdapat permusuhan antara Bani Israil dan Bani Nebayot-Kedar. Justru mereka saling bekerja sama untuk memakmurkan Yerusalem dalam dua masa kebangkitannya. 

Namun, ketika kepercayaan yang Tuhan berikan kepada Bani Israil dikhianati untuk kedua kalinya, maka Tuhan memberikan tongkat kepemimpinan kepada keturunan Ismael yang bernama Muhammad.

Dialah wujud dari batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan Kerajaan Allah. Muhammad adalah seorang anak manusia dari keturunan Ismael yang menegakkan sistem kehidupan ketaatan sebagaimana yang dibawa oleh Musa dan Yesus, dalam bahasa Arab disebut Dien Al-Islam. Ia adalah pribadi cerdas dan santun dari Bani Hasyim.

Muhammad tidak pernah memusuhi Bani Israil karena menyadari bahwa mereka adalah bagian dari tradisi penegakkan Kerajaan Allah. Bahkan, salah satu istrinya berasal dari Bani Israil, yaitu Mariah. Dari pernikahan tersebut lahirlah seorang putra yang diberi nama Ibrahim.

Muhammad diangkat oleh Tuhan sebagai utusan-Nya untuk menggantikan posisi keturunan Ishak, yang tidak lagi dipercaya Tuhan untuk memimpin Kerajaan-Nya.

Apa ajakan Muhammad kepada umat manusia? Sama seperti para rasul sebelumnya: mengajak manusia mengembalikan “kursi” Tuhan di bumi dengan menaati-Nya melalui penegakan hukum-hukum dasar kehidupan: Laa ilaaha illallah, menafikan ilah (kecintaan) lain demi kepentingan Tuhan semata. Sebab hanya dengan hukum-Nya manusia bisa hidup secara fitrah: penuh ketenteraman, kemakmuran, dan kemaslahatan. Dengan hukum Tuhan pula, alam semesta beserta isinya dapat bekerja secara seimbang. Itulah ajakan yang disampaikan oleh Ibrahim, Musa, Yesus, dan Muhammad kepada umat manusia.

Peran Hagar dalam perjalanan ini bukan sekadar sebagai ibu biologis Ismael. Namun menjadi contoh perjuangan dengan perjalanannya ke padang tandus bersama Ismael. Ia bukan hanya “pengikut” perintah, melainkan pelopor yang menunjukkan bahwa ketaatan juga berbicara keberanian melangkah dalam gelap karena percaya pada terang. Hagar adalah Ibu Bangsa bagi jutaan manusia, dan jiwanya merasuki setiap ikhtiar untuk menegakkan kebenaran Ilahi.

Penulis: Yama & Abqurah

Editor: Reine

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *